Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

(Mripat 03) Humanism Model Orang Kampung

17 April 2016   12:56 Diperbarui: 17 April 2016   13:10 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wah lumayan cerdas jawaban Zildan.

“Mengapa tidak dibalik? Sandal dipasang di kepala. Topi ditalikan di kaki?”

Gendheng itu!” sahut Rere.

Anak-anak tertawa. Lepas.

Tita, yang dari tadi diam sambil tersenyum-senyum, mengangkat tangan. “Bukan tempatnya. Sandal tempatnya di kaki. Topi di kepala.”

“Nah itu. Bukan tempatnya,” spontan Cak Siman menimpali. “Sekarang, silahkan pegang kedua mata kalian. Telinga. Hidung. Apakah kedua mata kita berada di tempatnya?”

“Iyaaaaa,” serempak mereka menjawab.

“Sandal dipasang di kaki. Topi dipakai di kepala. Mata, hidung, telinga, tangan semua berada di tempatnya masing-masing. Jadi apa kesimpulannya?”

Anak-anak mulai umek. Gremeng-gremeng. Belum ada jawaban.

Tika mengangkat tangan. “Kita memakai sesuatu sesuai tempatnya.”

“Yesss.” Cak Siman mengancungkan jempol kepada Tika. “Ayo apa lagi kesimpulannya?” tantang Cak Siman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun