"Saya mengerjakan apa yang dapat saya lakukan bersama warga dusun demi anak-anak agar dapat menikmati pendidikan," ungkapnya.
Ia mengatakan, pohon-pohon di sepanjang jalan dusun yang menaman adalah anak-anak. Kanan kiri jalan menjadi teduh. Orang menjadi nyaman saat berjalan. Mereka yang pulang dari berkebun dapat istirahat sejenak di bawah pohon saat terik sedang menyengat.
:: Ketika anak-anak dusun Bajulmati merayakan special-moment usai menanam bakau di sepanjang sungai yang mengalir ke pantai Bajulmati.
"Keberadaan sekolah harus memberikan manfaat nyata bagi lingkungan. Anak-anak tidak cukup dibekali pengetahuan. Mereka harus dipahamkan potensi lingkungan dusunnya. Di Bajulmati segalanya ada. Sungai, pantai, laut, gua bukit menunggu sentuhan karya anak-anak dusun Bajulmati. Hal itu kami mulai dengan menanamkan kesadaran menjaga dan merawat lingkungan. Kalau anak-anak sejak dini  sadar dan tahu apa yang harus dikerjakan untuk mengoptimalkan anugerah Tuhan yang ada di dusunnya, saya pikir mereka tidak akan berburu pekerjaan di kota-kota besar. Pekerjaan besar sedang menunggu masa depan anak-anak di dusun ini," katanya.
Dahsyat, saya teriak dalam hati. Saya kehabisan kata-kata untuk melukiskan the great-idea Pak Izar tentang bagaimana menyikapi persoalan pendidikan yang kini ramai dibicarakan: menyelaraskan dunia pendidikan dan dunia kerja. Di sebuah dusun yang jaringan telpon seluler dan internet sangat sulit dijangkau lahir pemikiran besar yang cukup mendasar.
Otak yang kerap saya jejali wacana dan ide-ide pendidikan segera berkelebat menemukan konsep sekolah berbasis kearifan nilai-nilai lokal. Pak Izar dan warga dusun Bajulmati bukan sekedar membangun sekolah: mereka memberdayakan diri mereka sendiri. Jerih payah ikhtiar pendidikan mereka lakoni demi masa depan anak-anak dusun Bajulmati dengan tetap memelihara kearifan nilai-nilai lokal di dusun mereka.
Di Sekitar Kita Pekerjaan Sudah Melimpah
Kalimat dari Pak Izar yang masih terngiang di telinga saya adalah: "Saya memang tidak memiliki pekerjaan tetap, tetapi saya tetap bisa bekerja. Saya memang tidak memiliki penghasilan tetap, tetapi saya tetap bisa berpenghasilan."
Kalimat Pak Izar itu menginsiprasi saya sesungguhnya tidak boleh ada pengangguran di Indonesia Raya. Ini negeri kaya raya dengan segala potensinya. Seiring dengan itu di sekitar kita pekerjaan sudah tersedia bahkan melimpah. Tapi mengapa melimpahnya kekayaan dan potensi alam justru menghadirkan problem pengangguran? Karena sekolah-sekolah formal telah tercerabut dari akar lingkungannya.