Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Komunitas Model Orang Dusun

25 Maret 2013   00:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:16 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Para guru menerima gaji jika sekolah memiliki dana lebih. Biasanya kami menjual hasil kebun kami masing-masing untuk membiayai operasional sekolah. Kalau ada kelebihan dana akan kami berikan kepada para guru sebagai gaji."

Hal itu dikuatkan oleh Ibu Suji, salah satu guru dan pengabdi di Bajulmati, yang tiap pagi harus menempuh jarak 25 km dari rumahnya menuju sekolah tanpa jaminan uang bensin. Gaji tidak menentu atau sekedar uang bensin pun jangan terlalu berharap.

"Kalau sekolah punya dana kadang saya diberi uang bensin. Kalau tidak ada sering memakai uang pribadi," ungkap Ibu Suji.

Pak Izar mengatakan, bantuan pendidikan dari pemerintah hampir tidak pernah diterima. Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan yang berlokasi di Gua Cina murni hasil kepedulian dan swadaya warga dusun. Kayu yang menopang sekolah adalah sumbangan dan hasil kerja warga yang "ahli" pertukangan. Ranting-ranting kering dibersihkan oleh ibu-ibu yang memerlukannya untuk bahan bakar di dapur. Pak Wagimin yang memiliki banyak pohon kelapa sering menyumbangkan hasil penjualan kelapa untuk biaya operasional sekolah.

13641446781133985682
13641446781133985682

:: Anak Bajulmati Cinta Belajar

Konsep sekolah komunitas segera melintas di benak saya. Salah satu misi sekolah komunitas adalah tidak membangun sekolah an-sich, tetapi juga membangun jaringan. Tentu saja jaringan ini dimulai dari warga dusun dan orangtua siswa. Tanpa dukungan warga sekolah komunitas dusun Bajulmati sekolah Tunas Harapan tidak akan pernah berdiri.

Ketika saya menyampaikan bahwa sekolah Tunas Harapan adalah sekolah komunitas, Pak Izar menjawab dengan polos bahwa dirinya sama sekali tidak tahu konsep itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun