Pesan Ki Hadjar Dewatara
Stres yang melanda anak di sekolah merupakan sinyal bahwa mereka diperlakukan tidak sesuai dengan fitrahnya. Beban akademik yang terlalu tinggi misalnya, tentu saja tidak bisa diterima setiap anak. Demikian juga padatnya aktivitas yang harus dijalani anak dengan dalih mempersiapkan masa depannya tidak sepenuhnya dibenarkan.
Biarkan anak-anak menemukan dirinya. Orangtua dan guru cukup ngemong. Dalam hal ini selayknya kita merenungkan pesan Ki Hadjar Dewantara." Anak-anak tumbuh berdasarkan kekuatan kodratinya yang unik, tak mungkin pendidik "mengubah padi menjadi jagung", atau sebaliknya [Keluarga, Desember 1936]. "Bermain adalah tuntutan jiwa anak untuk menuju ke arah kemajuan hidup jasmani maupun ruhani [Mimbar Indonesia, Desember 1948].
Dengan ungkapan lain, biarlah anak yang memiliki potensi sebagai "padi" menjadi "padi", yang "jagung" menjadi "jagung". Inilah fitrah yang tertanam secara laten dalam diri setap anak. Tugas pendidik dan orangtua adalah mendampingi mereka agar menemukan siapa dirinya, apa passionnya: menemukan "padi" atau "jagung"-nya.
Standarisme yang selama ini diterapkan sekolah secara membabibuta telah merenggut korban, yakni suramnya masa depan anak bangsa. Anak-anak yang tidak mengenali siapa dirinya, tidak memahami apa potensi dan keunggulan daerahnya, dan tentu saja tidak memahami arah masa depan diri dan bangsanya.
Saya sependapat dengan semangat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, kita harus mengembalikan persekolahan menjadi taman, tempat belajar yang menyenangkan. []