Mohon tunggu...
Achmad Nur
Achmad Nur Mohon Tunggu... Seniman - Ahmadnrmansyah

Manusia biasa, tetapi susah bangun. Suka memberi pesan whatsapp, "okey sampai sana aku whatsapp", sampai akhirnya "Tidak, saya sudah dijemput!."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Narkoba Penyambung Lidah Bandar

9 Agustus 2019   15:24 Diperbarui: 9 Agustus 2019   18:43 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mengapa kamu mau berhenti sekolah?..." Dengan tegas bapak Roban berbicara.

"Roban mau seperti kakak dan seperti bapak, yang dapat memiliki banyak uang dengan  cara cepat dengan hanya menjual sabu."

Roban yang terbiasa melihat orang dikampungnya yang dari ujung kampung hingga sampai kebelakang kampung di gang-gang sempit banyak orang yang menjual sabu-sabu, narkoba itu dikenalnya dari orang dilingkungan tempat tinggalnya itu, seorang Bandar yang menjadikan anak muda sebagai peluncur yang menjual barang haram itu dalam bentuk plastik yang berukuran kecil. Banyak dari orang luar yang masuk kekampung itu untuk membeli barang haram itu. Kebetulan juga bapak Roban seorang Bandar besar dan sudah sangat lama menjual narkoba setelah berhenti menjadi Bandar togel.

Akhirnya Roban berhenti sekolah dan mau mengikuti jejak bapaknya menjadi Bandar sabu-sabu. Bapak Roban yang memiliki banyak pelucur dan pemasok paling banyak barang haram itu, berkerja sama dengan Bandar lain nya yang dikampung itu, dan nanti nya akan ditimbang per gram dan siap dijual sesuai haraga barang.

Kampung Texas yang berganti nama menjadi kampung narkoba, Roban menjadi peluncur bapaknya yang menjual narkoba kecil-kecilan di gang-gang sempit perkampungan, menunggu ada pembeli yang datang, narkoba yang sudah banyak ditahu orang-orang, dari yang tua hingga yang muda. Dari depan gang hingga sampai belakang gang banyak pelucur yang menunggu di sela-sela gang. Jika kau pertama kali masuk kekampung tempat Roban tinggal, awal masuk gang sudah ada yang teriak menawari.

"Berapa boss..."

Seperti itu biasa seorang peluncur menawari barang haram tersebut, kampung yang sering menjadi target aparat untuk menangkap seorang Bandar narkoba bukan menjadi hal yang aneh buat orang dikampung itu, itu sudah menjadi biasa jika ada yang ditangkap aparat, Bandar yang lainya hanya tinggal menunggu giliran saja, siapa yang akan menjadi target tangkapan aparat berikutnya. Adanya penggrebekan aparat tidaklah membuat sebagian orang dikampung itu sadar agar berhenti menjual barang haram itu, maka makin menjadi penjual sabu-sabu dikampung itu. Mungkin itu sudah menjadi bagian perkerjaan baru buat orang-orang dikampung itu

Berbeda dengan Bandar yang lain, bapak Roban sudah tau jika ada penggrebekan nantinya, Bapak Roban yang sudah banyak kenal dengan aparat, mungkin bisa saja bapak Roban berkerja sama dengan aparat Negara tersebut untuk menjaga dirinya agar terus menjadi Bandar narkoba. Mungkin dari hasil uang berjualan narkoba bapak Roban cukup untuk membayar aparat yang dikenalnya, istilah nya uang tutup mulut untuk beberapa aparat yang dikenal bapak Roban. Sampai sekarang aparat-aparat itu datang terus untuk meminta jatah kepada bapak Roban agar tetap menjaga bapak Roban dari ancaman aparat lainya.

***

Narkoba menjadi kan kampung itu tempat perputaran uang, dan juga narkoba itu menjadikan penyambung lidah Bandar, seperti halnya dari Bandar ke peluncur, dari peluncur dan pembeli, hingga dari pembeli dan pembeli, sampai akhirnya dikenal meluas secara perlahan dan secara sembunyi-sembunyi. Namun narkoba tidaklah membuat seseorang yang menggunakan dan menjualnya, dapat tidur dengan puas dan tenang.

Roban sudah terbiasa memegang uang banyak, uang hasil menjual sabu-sabu punya bapaknya, dan yang beberapa uang itu akan di setor kan keseorang Bandar yang tidak lain bapak kandungnya sendiri. Bandar ini yang memperkerjakan para peluncur untuk menjual narkoba tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun