Apa kita pernah merdeka bertanya-tanya?Oh ternyata merdeka itu, merdeka untuk bertanyaSains dan demokrasiHarusnya hidup bersamaEntah menikahAtau semen leven sama saja
Sekarang kita sudah merdeka, tapi merdeka untuk apa
Merdeka untuk berkarya
Merdeka untuk berekspresi
Merdeka untuk berpendapat
Omong kososng!! Paling itu cuma iklan rokok atau star up digital yang lagi kampanye iklan-iklan 17an yang lagi merdeka. Apa kita pernah bertanya? Apa kemerdekaan itu tentang mengenang dua orang yang sudah mati dalam gambar hitam-putih dengan suara kresek-kresek "proklamasi...!!" atau tentang lomba makan kerupuk mendapat sepeda...
Semua ilmu dari ilmu pasti, ilmu hukum, ilmu sosial, semua dimulai dari bertanya. Tanpa ilmu, tanpa sains kita semua mudah dibodohi dan diperdaya oleh penguasa. Tanpa sains, kita akan mendewakan satu tokoh untuk dipuja. Jadi pengecut dan takut untuk percaya diri pada otak dan pikiran kita.Â
Selalu tersesat!
Ah aku dengar pemimpin agamaku saja untuk memimpin NASIBKU
Ah aku hanya percaya pada Presidenku, AYO BERIKAN TIGA PERIODE!!!
Ah aku dengarkan saja apa kata guru spiritualku tentang VAKSIN
Ah aku dengarkan saja apa kata seleb-seleb itu tentang SAMPAH PLASTIK
Tanpa sains, demokrasi kita jeblok. Kita semua tidak bisa berpikir sendiri. Cuma percaya para tokoh, mudah takut tahayul, mudah deklarasi benci sana-sini. Tanpa sains, peradaban gelap, penguasa jadi tirani. Tanpa demokrasi tidak ada kesempatan bertanya, tidak akan lahir sains. Akademisi cuma jadi alat legitimasi.Â
Betapa kita berumtumh hidup dalam demokrasi yang memberikan kekuasaan kepada rakyat.Â
Tapi, rakyat yang seperti apa dulu?
Rakyat yang tidak percaya sains?
Rakyat yang percaya isu?
Rakyat yang malu bertanya?
Takut bertanya?
Memang banyak monster menghadang.
"Nanti dibilang ngga sopan..."
"Nanti dibilang menista agama..."
"Nanti dibilang menghina simbol negara..."
"Nanti dibilang sok tau..." Tapi yang paling fatal,
"Ah pertanyaanku bodoh..." Tidak ada pertanyaan bodoh! Lihat berikut ini contoh!
"Kenapa ada yang miskin, ada yang kaya?"
"Tuhan itu ada ngga ya?"
"Kenapa leher jerapah panjang?"
"Apa benar itu global warming?"
"Apa salahnya plastik?"
"Apa benar bumi itu bulat?"
Bagi si pintar sepertinya kelihatan bodoh sekali, tapi dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh digali, kamu akan mulai mencari. Tapi hati-hati frustasi lalu terjebak teori konspirasi. Tanpa pertanyaanmu, tidak akan pernah ada diskusi. Proses demokrasi kita berhenti. Berani bertanya-tanya itu baru patriot sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H