Film horor Indonesia terbaru yang akan tayang 8 Mei 2024 nanti berupaya keras menyajikan psychological horor dengan nuansa teaterikal. Film Possession (Kerasukan) akan mengangkat isu patriarki dalam konsep horor artsy. Film ini dengan gamblang memperkenalkan seperti apa laki-laki yang merasa punya hak untuk eksploitasi tubuh perempuan.
Lelaki dan perempuan yang butuh kasih sayang biasanya dipenuhi nafsu. Kondisi ini mendorong sosok penulis naskah teater bernama Ratna (Carissa Perusset) tiba-tiba mengajukan gugatan cerai atas suaminya Faris (Darius Sinathrya) yang berprofesi sebagai tentara Angkatan Laut. Sekilas memang tak terlihat apa yang menyebabkan Ratna ajukan gugatan cerai tersebut.
Ratna kerap terbuai dengan puja-puji dari sutradara teaternya, Wahyu (Nugie). Ketika Ratna merasa kesepian, Wahyu siap membaca dan merangsang karya-karya naskahnya sehingga inspirasi Ratna terus mengalir. Tapi, orang-orang sekeliling Ratna justru terancam dan bisa mati dalam kondisi tragis akibat ada sosok pocong yang terus menghantuinya.
TEROR DIMULAI. KETIKA GULING BERUBAH JADI POCONG YANG MENGERIKAN!
  Â
Dari narasinya, film 'Possession' fokus pada kisah Ratna saat menghadapi berbagai kejadian mistis sewaktu nulis naskah teater berjudul 'Kerasukan'. Seiring durasi berjalan, film horor 21+ ini buat layer cerita baru yang menjadikan Faris harus cari tahu gerak-gerik apa yang dilakukan Ratna sejak sudah lama tak bertemu karena ditinggal berlayar. Kondisi demikian masih bisa jalan beriringan, meski penonton tak pernah diberitahu kerasukan seperti apa yang sebenarnya ditulis oleh Ratna dalam naskah pertunjukan teater itu.
Dari benang merah pada proses menulis naskah dan gugatan cerai yang sudah rapi mulai diperkenalkan karakter satu per satu. Sayang sekali penceritaan dalam film psychological horor ini masih sisakan plot hole. Kekacauan mulai terlihat saat sutradara teater yang mendadak marah ke Ratna dan adegan ritual yang dilakukan Pak Toni terlihat begitu disengaja. Seharusnya supaya Ratna bisa masuk pada kedua adegan tersebut dibuat lebih smooth saja.
Misal Wahyu marah karena suami Ratna sudah mengganggu privasinya atau cerita naskah teater yang ditulis justru makin mengada-ada. Dalam film, Wahyu hanya tampak marah saat meminta ending cerita dari naskah yang ditulis saja. Padahal Wahyu ingin bersenggama dengan karyanya sehingga bisa capai adegan yang lebih klimaks.
Begitupun saat Ratna harus jalani ritual dengan Pak Toni. Lilin-lilin menyala terlihat rapi sekali sengaja disiapkan. Semestinya dibuat saja adegan ritual di kamar Pak Toni secara langsung atau Ratna langsung dijebak suaminya sendiri untuk buktikan atas hal-hal mistis yang sudah terjadi. Sebelum ritual, malah didahului dengan adegan Ratna yang harus lukai lehernya sendiri di dapur. Itu memang bentuk kekerasan untuk mencelakai diri, tapi belum tampak mulus untuk mengantarkan ke adegan berikutnya.
Prolog-prolog seperti itu harusnya bisa dipersiapkan penulis skenario supaya inti adegan bisa lebih mudah dicerna. Hal ini penting untuk memfokuskan pikiran penonton terhadap adegan berikutnya yang tampil di layar lebar. Jangan heran bila akhir cerita penonton bakal dibuat agak pusing atau penuh tanda tanya.