Dalam industri animasi, para animator lokal kadang namanya masih kalah pamor dengan tim produksi film panjang, film pendek, atau film dokumenter sekalipun. Apalagi Pemerintah belum mendukung secara layak industri animasi di Indonesia baik dari segi dana, kelembagaan, atau peraturan undang-undang. Cuma kalau Kompasianer mau bersaing sebagai sumber daya manusia dari Indonesia untuk kancah internasional tentu berbagai peluang bisa dibuka.
 Bella Yolanda selaku Production Talent Manager dari Infinite Studios Batam menceritakan pengalaman kerjanya di studio kreatif animasi terbesar dan terlengkap se-Asia Tenggara. Sebagai lulusan ilmu komunikasi, Ia punya kebanggaan tersendiri melihat potensi kreator-kreator lokal yang selalu melakukan eksperimen optik atau membuat tipuan visual menggunakan teknik Computer Generated Imagery (CGI) atau pencitraan hasil komputer dengan hasil yang mulus alias tidak patah-patah.
Melihat masa lalu film nasional, Ia teringat bahwa proses pembuatan film masih seadanya. Minim juga pendidikan animasi di Indonesia yang berkembang. Kurikulum belajar tentang animasi saja belum final sampai sekarang. Cuma rasa optimis itu ada. Mengingat, pendidikan vokasi sudah mulai membuka kelas animasi atau jurusan multimedia. Kondisi demikian bisa mencetak generasi-generasi animator yang lebih handal.
Dalam sesi diskusi panel kedua hari itu, Ia menuturkan bahwa setiap individu yang mau terjun ke industri animasi tak hanya sekadar modal jago gambar saja. Mereka harus mau upgrade skill atau berlatih tanpa batas setiap hari. Minimal, mereka mampu berkreasi dengan fokus pada salah satu bidang animasi yang diminati. Bekerja di industri animasi membutuhkan konsistensi yang tinggi.
Kita tentu paham bahwa Indonesia memang masih sangat dini untuk unjuk gigi dalam bidang animasi. Tapi, semua potensi sudah ada di negeri ini. Tinggal masing-masing ambil peran untuk ciptakan intellectual property (IP) dan output karya film animasi yang terus berkelanjutan. Seperti tema #HFN2023 yaitu Melihat Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan, maka film animasi harus tetap tumbuh sepanjang tahun agar bisa membentuk pangsa pasar penontonnya sendiri.
   Talkshow yang diadakan Museum Penerangan hari Kamis lalu, mengingatkanku suatu perjalanan panjang yang telah dilalui film animasi di Indonesia untuk capai eksistensinya. Kendati sempat mati suri, definisi berkreasi melalui animasi tak boleh surut lagi. Para kreator yang mau terjun ke industri animasi juga harus siap mental untuk lewati proses kreatif pembuatan film animasi yang begitu lama.Â
Tak ada yang instan untuk buat film animasi lokal terus berkembang. Berbagai dialektika dari sisi kreator dan industri animasi akhirnya menjadi catatan dalam tulisan ini. Aku, kamu, dan kita harus terus dukung film animasi lokal demi buka peluang industri kreatif ini menjadi makin fenomenal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H