Hadir sebagai pembicara Hendrikus Wiriyu (Seniman ukir kayu dari Kamoro), Billy Iwan E. Tokoro (founder Pace Kreatif), Marthen Sattu Sambo (Education Team Leader, Yayasan Wahana Visi Indonesia), dan Hanna Keraf (Co-founder sekaligus Chief of Community Development & Partnership local brand, Du Anyam).
Dialog seni bernuansa kental Papua semakin terasa karena dipandu moderator, Ludia Amaye Maryen (Miss Indonesia Persahabatan 2018 wakil dari Papua).
Tak hanya bicara Papua dan nilai-nilai kebudayaan yang ada, dialog juga menyematkan pesan toleransi untuk saling mengenal, memahami, dan menghargai setiap ragam budaya di Indonesia.
Pelestarian budaya juga harus diiringi dengan promosi yang gencar sehingga setiap anak muda bisa sadar bahwa kita bagian dari penerus sekaligus pewaris budaya di masa depan.
Selain itu, pengenalan dan promosi budaya dinilai akan menyulam budaya-budaya daerah yang tersebar di Indonesia sehingga menjadi kesatuan budaya nasional yang dikenal luas sampai tingkat internasional.
Dari sinilah peran pemuda sebagai agen pemersatu keragaman budaya daerah diperlukan. Dengan begitu, keragaman bisa membentuk identitas bangsa yang majemuk dan terus berkembang sesuai konteks kekinian atau relevan terhadap masa kini yang dipenuhi teknologi.
Dialog seni ini juga mengajak penulis untuk kenal lebih dekat seni budaya Kamoro sebagai bagian dari khasanah budaya Indonesia.
Penulis berharap pameran budaya semacam ini terus dihadirkan sebagai ajang untuk merawat kebudayaan bangsa, mempertajam rasa patriotisme, dan menggerakkan kemandirian ekonomi lokal.
Semoga makin banyak perusahaan, komunitas, yayasan, maupun individu yang aktif dan produktif mendukung promosi ekowisata serta seni budaya melalui acara seperti ini.
Cerita setiap jejak peradaban memang tak pernah berkesudahan. Kehidupan manusia bersama alam semesta selalu punya kisah yang menjadi perjalanan panjang dari sebuah sejarah.