Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Heritage of Toba, Terpesona Aku Dibuainya

26 September 2021   23:57 Diperbarui: 27 September 2021   00:03 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen kenangan bersama keluarga di Danau Toba (dokpri)

Terpesona, aku terpesona
Memandang (mandang) eloknya Danau Toba

     Sejak Bandara Internasional Silangit dibuka, wisata Danau Toba makin ramai. Bandara itu dianggap sebagai pintu masuk dunia untuk menuju kawasan danau yang terletak di Provinsi Sumatera Utara. Lonjakan pengunjung pasti terjadi saat momen liburan seperti lebaran, natal, atau tahun baru. Penulis mengunjungi danau di atas danau ini terakhir pada tahun 2015.

     Akses jalan tol Medan -- Tebing Tinggi -- Parapat yang sudah mantap beroperasi saat ini juga menjadi jalur tersendiri. Toba sebagai kawasan wisata internasional jadi mudah dikunjungi karena saat turun dari pesawat, pengunjung bisa langsung naik shuttle bus Damri. Jika ada yang butuh privasi, layanan rental atau sewa mobil juga sudah fleksibel untuk akses ke Danau Toba.

     Kebetulan mama ku berasal dari Tebing Tinggi. Bisa dibilang Sumatera Utara ini menjadi kampung halamanku. Saat mudik, mobilitas wisata aku dan keluarga sudah pasti menuju danau supervolcano yang terbesar se-dunia. Kami memposisikan diri sebagai pelancong domestik ketika masuk dalam Kawasan Danau Toba yang menjadi bagian dari '10 Bali Baru'.

     Biasanya, aku dan keluarga mengunjungi Taman Sipinsur terlebih dahulu. Taman ini sudah populer di Kabupaten Humbang karena termasuk dalam dataran tinggi Humbang Hasundutan. Ketinggiannya berada pada 1.213 di atas permukaan laut dengan luas area sekitar 2ha. Dari lokasi tersebut, pengunjung bisa melihat langsung pemandangan sekitar Danau Toba yang membuat terpana.

     Kami bisa melihat pepohonan pinus yang berjarak meski tak rapat. Tanahnya menjadi pijak dari pinus-pinus yang membentuk undakan bukit hijau. Di bawahnya, mengalir air sungai yang berkumpul pada suatu danau besar. Beberapa air terjun juga tampak di kejauhan mengelilingi kaldera bekas gunung berapi ini.

    Ah, rasanya pemandangan ini pernah aku lihat pada buku pelajaran semasa sekolah saja. Tapi, ternyata Danau Toba lebih indah aslinya. Aku pun berdecak kagum dibuatnya.

     Setelah memandang wujudnya, kami biasa melihat jadwal perahu atau kapal yang berangkat dari tepi ke Pulau Samosir. Kami mulai menyeberang menuju Tomok. Disini, kami eksplorasi pasar Tomok yang kental dengan kearifan lokal sekaligus beli produk lokal sebagai kenang-kenangan. Untuk hiburan, kami terbiasa ikut menari tor-tor bersama si Gale-Gale.

    Kalau ingin memahami sejarah batak, maka Museum Batak bisa menjadi pilihan berikutnya. Begitu juga dengan Komplek Raja Sidabutar yang penuh dengan rumah-rumah tradisional dan kaya akan budaya asli Batak. Dalam komplek ini, ada makam-makam tua dari Raja Sidabutar, penguasa Tomok, dan peninggalan masa megalitikum. Dari sana, perjalanan wisata bisa dilanjut ke Komplek Batu Raja Siallagan sampai bergeser ke Taman Legenda Danau Toba.

    Taman Legenda Danau Toba paling menarik karena menjelaskan asal usul Danau Toba dari seorang ayah yang bernama Toba dan menyumpahi anaknya yang bernama Samosir. Kenakalan Samosir membuat Toba murka. Ia menyebut anaknya sebagai anak ikan. Dari jejak kaki Toba muncul mata air yang mengalir deras dan tak bisa berhenti sehingga menenggelamkan desa Toba.

     Kembali ke jelajah Danau Toba dari berbagai penjuru. Saat sore hari tiba, aku dan keluarga biasa berburu momen matahari terbenam (sunset). Kami langsung mengunjungi Pantai Pasir Putih Parbaba atau Pantai Pasir Putih Situngkir. Sejauh mata memandang, suasana pantai begitu tenang bak sinar mentari yang kembali ke peraduannya. Sang bulan pun datang dan siap menggantikan cahayanya. Kembali takjub aku dibuatnya.

     Bila sampai larut malam, biasanya kami putuskan untuk menginap. Tak perlu khawatir karena hotel dan homestay disekitar danau terbesar ini begitu banyak. Simalem Resort bisa menjadi pilihan salah satunya.  Setiap sudut Danau Toba juga sudah banyak restoran yang menyajikan kuliner khas Batak.

     Hal yang belum tercapai di Danau Toba buatku yaitu ikut serta menikmati Sigale-Gale Festival. Atraksi wisata ini dianggap unik karena mengusung budaya Samosir. Selain itu, aku juga ingin bersantai di Danau Aek Natonang. Konon udara di danau ini sejuk karena masih banyak pohon rindang. Hewan-hewan seperti kambing, kerbau, kuda dan sapi juga masih bebas berkeliaran. Bahkan, danau ini disebut Danau di atas Danau Toba.

Sigale-Gale (ikon Danau Toba - dok. Seotama)
Sigale-Gale (ikon Danau Toba - dok. Seotama)
     Sepupu ku pernah bilang bahwa Kawasan Danau Toba juga sudah ada gerakan sadar wisata kurun beberapa tahun belakangan. Sebagai destinasi super prioritas pariwisata Indonesia, Kaldera Toba ditetapkan UNESCO sebagai Global Geopark. Hal ini tentu dinilai karena iklim DSP Toba terbilang kondusif dengan menjunjung tinggi Heritage of Toba didalamnya.

     Selain itu, Danau Toba juga giat menerapkan Sapta Pesona. Salah satunya, sanitasi seperti kamar mandi umum dan kelola sampah sudah tampak dibenahi. Pemerintah juga sudah memegang teguh prinsip kelestarian alam saat pengembangan destinasi wisata Danau Toba.

     Tahun mendatang, aku melihat ada potensi besar dari kawasan wisata ini. Danau Toba terkini lebih berkembang sebagai kawasan bisnis. MICE di Indonesia aja hadir untuk menciptakan peluang kerja bagi masyarakat lokal dan diharap bisa membantu Pendapatan Asli Daerah (PAD).

     Semoga saja, meningkatnya para pelancong dari mancanegara dan domestik memang bisa membuat profit bisnis makin melangit. Tentu potensi seperti itu bisa mendatangkan kesejahteraan.


     Aku ingin kembali ke Danau Toba. Jejak dan jelajah Toba dari berbagai penjuru dengan waktu lebih lama. Lihat kerapian barisan pohon pinus yang berada di perbukitan hijau. Tengok lekukan danau dengan lembah dan persawahan yang masih permai. Ditemani angin sepoi-sepoi yang menyapa panorama kaldera Toba dan bangga akan warisan sejarah Batak didalamnya.


Jadi, kapan kamu berangkat ke Danau Toba bersamaku? Buktikan bahwa Danau Toba bagian dari Wonderful Indonesia. Horas!!

Momen kenangan bersama keluarga di Danau Toba (dokpri)
Momen kenangan bersama keluarga di Danau Toba (dokpri)
d

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun