Iwan membaca surat itu dan berkata
Iwan
Maafkan saya, Pak!
Bapak
Ingat kamu!! Bapak membiayai kuliahmu untuk jadi dokter spesialis, bukan untuk kegiatan yang sia-sia seperti itu. Kalau kamu memilih jadi relawan, sama saja kamu menyerahkan nyawamu.
Iwan
Saya akui. Tanpa saya sadari, saya sudah berbohong pada Bapak...
Bapak
(hendak menggampar Iwan)
Saya tidak butuh pengakuan. Yang penting kamu harus tinggalkan aktivitas itu sekarang..
Iwan
(dengan emosi bertambah)
Kebohongan ini saya lakukan demi suatu kebaikan, untuk bangsa yang saya cintai. Jadi relawan bukan hal yang sia-sia.Â
Saya hanya ingin berbuat untuk kepentingan orang banyak. Itu saja!!!
Iwan segera bergegas masuk ke dalam kamarnya. Bapak tampak menahannya, namun Ia keras menentangnya.
CUT TO
SCENE 4
INT. Kamar Iwan -- Siang
(Iwan, Bapak)
CUT TO CUT.
Iwan tampak membereskan pakaiannya ke dalam sebuah tas. Bapak tampak menggebrak pintu kamar Iwan, namun Iwan tak menghiraukannya. Bapak pun beranjak ke ruang televisi untuk mencari sebuah pistol di beberapa laci. Sambil mencari, emosi Bapak masih tetap bergejolak.
Bapak
Iwan, mau kemana kamu?
Kamu mau menentang Bapak?!?