'Galeri Nasional? Tempat apa yaa itu??'
Sebenarnya dari tahun lalu aku sudah mendengar nama tempat ini. Galeri Nasional atau yang disingkat oleh anak zaman now dengan akronim GalNas dikenal sebagai lokasi para pencinta lukisan dan kesenian. Tapi, aku belum pernah sama sekali menjejakkan kaki di tempat itu. Aku hanya terbiasa berkunjung ke Bentara Budaya Jakarta (BBJ) dan Galeri Indonesia Kaya (GIK) untuk sekedar menikmati seni budaya nusantara yang sungguh beraneka.
Maka siang itu di hari Minggu, 19 Agustus 2018 aku mendapat kesempatan untuk masuk ke Galeri Nasional dengan jalur VIP bersama CLICK (CommuterLine Community of Kompasiana). Akses menuju tempat ini cukup mudah karena berseberangan langsung dengan stasiun Gambir. Galeri Nasional yang terletak di Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat bisa dijangkau dengan sarana transportasi publik ibukota yang memadai.
Sebagai bagian dari rangkaian peringatan HUT Kemerdekaan RI yang ke-73, Galeri Nasional bekerja sama dengan Kementerian Sekretariat Negara RI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Badan Ekonomi Kreatif mengadakan Pameran Seni Koleksi Istana Kepresidenan Republik Indonesia. Semua lukisan dari Bogor, Cipanas, Jakarta, Yogyakarta, dan Tampak Siring (Bali) telah dikurasi sesuai tema pameran.
Tema yang diusung pada tahun ini bertajuk "Indonesia Semangat Dunia". Pameran ketiga ini juga diselenggarakan dalam rangka memeriahkan perhelatan besar Asian Games ke-18 dimana Indonesia menjadi tuan rumah ajang olahraga terbesar di Asia.
Aspek-aspek usaha keras serta kerja sama dan kooperasi yang baik, juga persaingan yang sehat dan sportivitas merupakan pokok-pokok utama dalam perhelatan olahraga yang menginspirasi tema "semangat" untuk pameran tahun ini.
Pameran dibuka pada Gedung A dari tanggal 3 Agustus 2018 sampai 31 Agustus 2018. Pengunjung bisa mulai masuk arena pameran pada pukul 10.00-20.00 WIB. Pameran ini terbuka untuk umum dan tidak ada pembayaran tiket masuk alias GRATIS.
Sebelum kita masuk gedung pameran, aku dan kompasianer lain wajib menitipkan barang bawaan seperti kunci, jaket, tas, laptop, dan beberapa barang yang dilarang untuk dibawa masuk ke dalam. Pemeriksaan cukup ketat agar keamanan dan kenyamanan pengunjung bisa tetap terjaga. Jika Kompasianer ingin berkunjung ke pameran ini, aku sarankan bisa juga mendaftar online terlebih dahulu melalui website bek-id.com.
Pengunjung lain juga mulai berdatangan, mereka dipandu oleh mahasiswa dan mahasiswi terpilih dari jurusan Sastra Inggris Universitas Indonesia, jurusan Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Para pemandu yang masih berjiwa muda berupaya menjelaskan masing-masing substansi karya seni. Mereka menyampaikan makna tersembunyi dari setiap karya seni yang dipamerkan.
Pengunjung bebas mengabadikan momen selama disana. Hanya saja tidak diperbolehkan menggunakan cahaya kamera atau blitz yang menyala. Satu per satu aku mulai melihat karya seni yang dipamerkan dengan begitu takjub. Ternyata ada 3 garis besar yang dirumuskan dalam pengelompokkan karya pada pameran tahun ini, yaitu:
1. Perjuangan Bangsa yang Bersatu dalam Keragaman
Perjuangan kemerdekaan Indonesia seringkali dilukiskan dalam lukisan sejarah yang menggambarkan kisah perjuangan pada masa Perang Revolusi (1945-1949), seperti yang dapat dilihat oleh pengunjung pada lukisan Tak Seorang Berniat Pulang, Walau Maut Menanti (1963), Potret Panglima Besar Jenderal Sudirman (1954), dan Patung Pejuang Soviet Sang Pembebas (1956).
Walau banyak muncul intrepretasi bahwa binatang-binatang yang digambarkan Raden Saleh dimaksudkan sebagai pernyataan patriotisme nasionalnya, namun perjuangan lelaki Badawi dalam lukisan Perkelahian dengan Singa (1870) sepertinya lebih memperlihatkan semangat perjuangan pribadinya mempertahankan hidup.
Tradisi kehidupan bermasyarakat di Indonesia tidak lepas dari semangat yang dikenal dengan gotong royong. Di seluruh Indonesia, rakyat bekerja gotong royong, bahu membahu untuk membuahkan hasil yang lebih besar dibandingkan bekerja secara individu tanpa ada kerja sama satu sama lain.
Di dunia modern, karya cipta memang seringkali merupakan buah tangan individual. Namun, kesuksesan produksi dan distribusi ditentukan seberapa baik upaya kerja sama pihak-pihak yang dibutuhkan untuk ikut terlibat di dalamnya. Kita menjunjung hak cipta, namun gotong royong dan kerja sama tetap diperlukan untuk mendukung keberhasilan cipta karya yang sebaik-baiknya. Semua hal itu tercermin dalam karya seni di bawah ini:
Suatu bangsa dan negara tidak dapat lagi mengisolasikan dirinya atau merasa dirinya lebih hebat dari negara-negara lain di dunia. Mau tidak mau suatu bangsa harus melihat dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dunia global.
"Tanah air kita Indonesia hanya satu bahagian kecil saja dari pada dunia! Ingatlah akan hal ini!", seru Sukarno. Beliau juga mengingatkan bahwa Gandhi menyatakan, "kebangsaan saya adalah perikemanusiaan" (my nationalism is humanity").
Banyak dari karya yang menjadi koleksi Istana Kepresidenan merupakan bagian dari upaya diplomasi budaya, baik dari negara sahabat kepada Indonesia maupun sebaliknya. Karya-karya seni ciptaan perupa mancanegara yang ditampilkan dalam pameran ini ada yang merupakan pemberian kepala negara atau kepala pemerintahan negara sahabat kepada Sukarno, dan ada pula yang dipesan oleh Presiden Sukarno sebagai apresiasinya kepada karya seni perupa negara sahabat itu. Berikut beberapa karya yang menarik perhatianku:
"Indonesia Semangat Dunia". Frase itu yang mampu menghidupkan dan menggelorakan semangat yang terpancar dari karya seni yang dipamerkan. Ada nuansa kebangsaan, kreativitas, Â sportivitas, dan kerja sama yang lebih luas. Tidak sebatas pada nilai estetika dan resepsi terhadap karya, ada yang lebih dalam tentang menumbuhkan rasa bangga atas persahabatan dan kerja sama budaya antar bangsa yang telah dilakukan oleh Indonesia.Â
Perkenalan terhadap budaya nusantara sekaligus memberi semangat kepada masyarakat untuk terus berkreasi dan berinovasi. Ayo, ke GalNas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H