Pesan dari Direct Message (DM) di instagram masuk melalui gawai yang aku bawa. Ada apresiasi dari pembaca atas tulisan yang aku tulis di Kompasiana. Artikel tentang caraku mencintai produk Indonesia dengan berkolaborasi bersama pelaku kreatif lokal dan memakai brand lokal menjadi sorotan dari orang yang tak aku kenal.
Puji syukur jika memang tulisanku bisa jadi referensi siapa saja. Apalagi, aku memang suka menulis tentang potensi lokal yang ada di Indonesia. Semua itu aku lakukan agar dunia bisa membaca bahwa Indonesia memang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
    Baca juga:
- Produk anyaman dan bambu Indonesia bisa go international
- Kebanggaan lokal dari UKM asli Indonesia yang fenomenal
- Sentuhan kearifan lokal melalui produk tas ala generasi milenial
Dengan berkembangnya era digitalisasi, kita dituntut untuk berkreasi dan berinovasi melalui sektor industri lokal. Generasi milenial sebagai bonus demografi dalam rentang usia produktif harus sadar akan potensi yang Indonesia miliki. Niscaya, kita harus berbenah diri agar nilai ekspor jauh lebih tinggi dibanding nilai impor sehingga Indonesia bisa berada di puncak dunia saat masa emas di tahun 2030 nanti.
Kondisi demikian membuat Indonesia harus siap menghadapi revolusi industri 4.0. Fenomena ini memberi peluang untuk revitalisasi sektor manufaktur Indonesia sehingga mempercepat pencapaian visi Indonesia untuk menjadi 10 ekonomi terbesar di dunia.Â
Demi mewujudkan langkah tersebut, Kementerian Perindustrian telah menyusun inisiatif "Making Indonesia 4.0" untuk mengimplementasikan arah dan strategi yang jelas bagi pergerakan industri Indonesia di masa yang akan datang, termasuk di lima sektor yang menjadi fokus dan 10 prioritas nasional dalam upaya memperkuat struktur perindustrian Indonesia.
Tema diskusi pada Kamis lalu yaitu tentang Peluang dan Tantangan Industri Makanan & Minuman di era Industri 4.0. Tampak narasumber yang hadir, Gati Wibawaningsih (Dirjen IKM KemenPerin), R. Niken Widiastuti (Dirjen IKP KomInfo), Abdul Rochim (Direktur Industri Minuman, Tembakau, dan Bahan Penyegar), dan Iryana Margahayu (Kepala Biro Hukum, Organisasi, dan Humas Badan Standarisasi Nasional).
Dalam kata sambutannya, Ibu Gati Wibawaningsih selaku Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang mewakili Menteri Perindustrian menyatakan bahwa kualitas industri makanan dan minuman dalam negeri tidak kalah dengan negara lain. Industri ini punya banyak peluang yang bisa digali seperti mendatangkan banyak modal melalui investasi, membuka lapangan pekerjaan yang luas, dan mensejahterakan daerah-daerah di pelosok dengan keunggulan makanan khas masing-masing.
Tercatat dari data bahwa saat ini sudah ada 8.507 unit usaha yang mengolah produk kuliner menjadi cemilan sedap yang bisa kita nikmati sekarang. Industri ini terdiri dari perusahaan besar dan kecil yang tersebar di seluruh Indonesia.