Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Kurma

4 Tips Menghemat Pengeluaran di Bulan Ramadan

28 Mei 2018   23:53 Diperbarui: 29 Mei 2018   01:31 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hemat di bulan Ramadan (pexels.com)

Baju baru Alhamdulillah

Untuk dipakai di Hari Raya

Tak punya pun tak apa-apa

Masih ada baju yang lama

Masih ingatkah Kompasianer dengan lirik lagu "Baju Baru" yang pernah dinyanyikan oleh artis cilik Dea Ananda di tahun 90an lalu. Lagu ini mengingatkan kita bahwa bulan Ramadan sampai menuju bulan Syawal menjadi momen dinantikan. Namun, bukan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan justru kita sering khilaf untuk mencari sesuatu yang baru. Padahal membeli pakaian yang serba baru itu bukan termasuk momen Idul Fitri yang pantas dirindukan.

Di bulan Ramadan kita akan mengalami perubahan aktivitas sehari-hari. Mulai dari jam kerja, pola makan, pola istirahat, dan pola keuangan. Menuju lebaran, kondisi keuangan akan penuh ujian. Banyak yang mengeluh bahwa pengeluaran bulanan terus meningkat meski ada Tunjangan Hari Raya Keagamaan yang dibayarkan oleh kantor.

Tapi, Kompasianer pasti sering merasa bahwa besar pasak daripada tiang. Bulan Ramadan justru dinilai sebagai waktu yang lebih banyak pengeluaran karena bisa melonjak dua hingga tiga kali lipat dari biasanya. Fenomena ini seakan menjadi virus tahunan dan berlawanan dengan pemikiran yang seharusnya jumlah pengeluaran berkurang dibanding bulan sebelumnya. 

Coba kita berpikir logis, saat bulan Ramadan tidak ada kegiatan makan siang yang biasa kita lakukan pada bulan lain. Pola makan kita hanya dilakukan 2 kali dalam sehari saat sahur dan berbuka. Jajan cemilan pun harusnya bisa dilakukan ala kadarnya. Namun, terkadang berbagai macam makanan seperti wajib untuk dihidangkan.

Mulai saat ini, bulan Ramadan harus jadi saat yang tepat untuk menghemat pengeluaran. Ingat, kehidupan kita masih berlanjut hingga bulan berikutnya. Sebisa mungkin upayakan untuk menekan pengeluaran dengan anggaran yang tersedia.

Hapus stigma bahwa bulan Ramadan itu menyebabkan pengeluaran kita lebih boros dibanding bulan lain. Anggapan tersebut hanya berlaku bagi orang-orang yang doyan menghamburkan uang. Mereka biasa membeli takjil secara berlebihan lalu tak ada yang dihabiskan. Begitu juga lebih banyak menghabiskan waktu untuk buka puasa bersama di luar rumah.

Kondisi demikian tidak berlaku bagi penulis. Alhamdulilah, penulis selalu mengatur pengeluaran dengan maksimal sehingga hal-hal diluar yang berlebihan bisa diminimalisir. Berikut 4 tips ala penulis agar lebih hemat selama bulan Ramadan:

1. Tetapkan anggaran khusus selama bulan Ramadan

Sebelum bulan Ramadan, seharusnya kita sudah punya perhitungan pos antara pendapatan dan pengeluaran. Biasakan diri untuk memperkirakan berapa jumlah uang yang akan dikeluarkan untuk membeli hidangan berbuka puasa dan sahur. Catat juga bahwa ada anggaran yang harus disisihkan untuk membayar zakat, infaq, dan sedekah. Perlu ditambahkan anggaran untuk tabungan karena masih ada kehidupan yang harus ditanggung setelah bulan Ramadan berlalu.

Demi menekan pengeluaran yang serendah-rendahnya, kita juga harus berani mengurangi keinginan yang tidak perlu. Misal, jika setiap minggu kita menonton bioskop di bulan lain maka saat bulan Ramadan, kita cukup sekali saja menghabiskan waktu di tempat hiburan tersebut. Jadikan bulan Ramadan sebagai waktu untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Ada baiknya jika kita lebih memakmurkan masjid dibanding pergi ke tempat-tempat hiburan yang tidak berfaedah.

Peningkatan ibadah harus selalu menjadi fokus utama selama bulan Ramadan. Singkirkan godaan untuk sekedar jalan-jalan yang mengeluarkan uang. Tetapkan anggaran untuk lebih banyak beramal. Teguhkan hati kita karena berlomba-lomba dalam kebaikan alias mengejar pahala lebih utama dibanding pergi ke tempat hiburan dan melakukan kesia-siaan dalam kehidupan.

Perencanaan keuangan itu penting (pexels.com)
Perencanaan keuangan itu penting (pexels.com)
Anggaran untuk mudik juga harus diperhatikan. Jika memang kita sudah lama tak bertemu dengan keluarga, maka momen hari raya bisa dimanfaatkan untuk saling bermaafan. Apalagi jika Tunjangan Hari Raya yang kita dapat dari pekerjaan masih ada sisa. Maka, mudik sangat dianjurkan.

Tapi, tetapkan dari sekarang bahwa anggaran mudik alias pulang kampung ini membutuhkan biaya tambahan yang cukup banyak. Buat pos pengeluaran seperti besar uang transport, angpau lebaran, dan kebutuhan tak terduga selama di kampung halaman.

Pilih moda transportasi yang paling hemat. Jika harus menggunakan transportasi publik, maka kita harus siasati dengan memesan tiket lebih dahulu sebelum hari keberangkatan tiba. Sementara jika memutuskan untuk membawa kendaraan pribadi, kita harus pertimbangkan waktu dan kondisi fisik agar tidak sakit selama di perjalanan atau setiba di kampung halaman. Jika semua sudah direncanakan dan anggaran mudik tetap tidak memungkinkan, maka sebaiknya mudik tak perlu dipaksakan.

2. Berbuka puasa dan makan sahur dengan sewajarnya

Serakah itu memang sifat dasar manusia. Ibadah puasa justru membawa kita pada ajang balas dendam bukan menahan diri dari godaan setan. Sahur dengan menu spesial dan buka puasa dengan nafsu besar seolah merasuki jiwa yang tidak pernah ada habisnya. Padahal anggaran keuangan harus disiasati dengan cermat agar kehidupan bisa terus berjalan sebagaimana mestinya.

Nafsu itu bisa datang kapan saja. Apalagi jelang buka puasa. Begitu keluar rumah, banyak jajanan yang menggoda untuk dicoba. Hidangan pembuka pun mulai mencuri hati siapa saja yang melihatnya. Es sirup, sup buah, kolak, gorengan, nasi goreng, sate padang dan makanan pembuka lain selalu kita beli. Tapi, setelah sudah tersedia di atas meja, sanggupkah semua makanan tersebut dihabiskan saat itu juga?.

Itulah yang sering disebut lapar mata. Kondisi mubazir pun pasti tercipta. Seharusnya kita cukup menyiapkan makanan buka puasa secukupnya. Jika memungkinkan lebih baik membuat sendiri dengan bahan-bahan yang telah ada di rumah daripada terus-menerus membeli. Berikut ada 3 rekomendasi takjil favorit yang bisa jadi opsi untuk buka puasa yang sederhana atau menu sahur sehat yang bisa Kompasianer coba.

captured by. mentadgt (pexels.com)
captured by. mentadgt (pexels.com)
Buat daftar menu selama satu bulan Ramadan. Atur ritme makanan dan bahan-bahan yang tersedia setiap harinya untuk sahur dan berbuka puasa. Catat berapa jumlah orang yang akan ikut bersama saat kedua momen tersebut. Cantumkan juga bahan apa saja yang dibutuhkan. Hal ini diperlukan untuk memudahkan kita dalam menghitung estimasi pengeluaran selama sebulan. Selain itu, kita tidak akan memiliki sisa makanan berlebih sehingga tidak ada makanan yang terbuang percuma.

Coba kita pahami, mempersiapkan makanan berbuka dan menu sahur terbaik untuk keluarga tergolong lebih hemat dan terjamin kebersihannya karena semua menu makanan bisa kita atur sesuai dengan kebutuhan anggota keluarga. Momen ini juga bisa menjadi kegiatan ngabuburit atau sahur yang menyenangkan bersama keluarga di rumah jika semua dilakukan bersama.

3. Membatasi undangan buka puasa di luar

Kegiatan buka puasa bersama sering diadakan di luar rumah. Mulai dari keluarga, teman kerja, teman sekolah (TK, SD, SMP, dan SMA), teman komunitas dan organisasi, atau perkumpulan lain mulai merencanakan kegiatan yang seolah menjadi tradisi tahunan. Biasanya, restoran selalu menjadi tempat menarik untuk ajang pertemuan tersebut. Jika kita perhitungkan, buka puasa bersama di restoran justru akan mengeluarkan biaya yang lebih banyak termasuk biaya makan dan akomodasi menuju lokasi tersebut.

Maka jika kita punya pergaulan yang luas, kita harus memilih undangan buka puasa yang lebih memiliki banyak manfaat. Jangan mendatangi semua walau undangan buka puasa itu baik karena bisa menjalin silaturahmi dengan siapa saja. Saran penulis, pilih undangan buka puasa yang diadakan di rumah salah satu kerabat.

Aktivitas buka puasa yang diadakan di rumah lebih efektif karena kita bisa berbuka puasa dengan kegiatan potluck. Artinya, masing-masing yang datang bisa membawa makanan dan minuman apa saja untuk disajikan bersama. Sistem kegiatan urunan ini juga bisa membawa nuansa kekeluargaan terasa lebih hangat dibanding dengan buka puasa di restoran mewah yang kadang melebihi anggaran pengeluaran kita.

Ingat, Jangan Boros!
Ingat, Jangan Boros!
4. Bijak dalam berbelanja

Sadarkah kita jika selama bulan Ramadan, harga sayur dan buah terus saja meroket naik. Kenaikan harga tak pernah menjadi halangan untuk tetap membeli barang dagangan yang diinginkan. Niat itu ada tapi kadang tak sesuai dengan kebutuhan kita.

Belanja dalam porsi yang cukup banyak justru bisa merugikan kita. Bayangkan, jika kulkas kita dipenuhi oleh bahan-bahan makanan yang sudah dibeli namun belum sempat diolah. Lama-kelamaan bahan yang seharusnya masih segar akan memiliki kualitas yang menurun karena stok yang berlebihan tak bisa disinkronisasikan dengan waktu yang tersedia.

Hal ini juga berlaku untuk belanja kebutuhan lebaran. Banyak sekali diskon yang memanjakan mata untuk membeli barang atau pakaian baru sebagai persiapan lebaran. Tapi, kita kadang suka lupa diri. Hanya membeli dengan apa yang kita lihat bukan apa yang kita butuhkan.

Jika sudah seperti ini, maka hindari tempat-tempat keramaian. Coba berbelanja melalui ranah digital karena penawaran yang datang justru kadang lebih murah dibanding membeli secara langsung. Tahan diri untuk tidak mempersiapkan lebaran dengan hal-hal yang serba baru. Bukankah, hari raya lebaran tidak menjadi ajang pamer kekayaan, melainkan memperkaya hati kita agar bisa kembali kepada kesucian.

Utamakan Kebutuhan dibanding Keinginan (pexels.com)
Utamakan Kebutuhan dibanding Keinginan (pexels.com)

Itulah 4 tips agar pengeluaran tetap selalu terjaga selama bulan Ramadan. Intinya, kita harus bisa membedakan mana yang memang menjadi kebutuhan dan singkirkan jika itu masih sebatas keinginan. Pengeluaran di bulan Ramadan jangan sampai merusak perencanaan keuangan jangka panjang. Pengaturan anggaran secara berkelanjutan sesuai dengan pos yang telah ditetapkan akan menghindarkan kita agar hidup tidak berlebihan.

Hari raya idul fitri
Bukan untuk berpesta-pesta
Yang penting maaf lahir batinnya

Untuk apa berpesta-pesta
Kalau kalah puasanya
Malu kita kepada Allah yang esa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun