Kondisi demikian tidak berlaku bagi penulis. Alhamdulilah, penulis selalu mengatur pengeluaran dengan maksimal sehingga hal-hal diluar yang berlebihan bisa diminimalisir. Berikut 4 tips ala penulis agar lebih hemat selama bulan Ramadan:
1. Tetapkan anggaran khusus selama bulan Ramadan
Sebelum bulan Ramadan, seharusnya kita sudah punya perhitungan pos antara pendapatan dan pengeluaran. Biasakan diri untuk memperkirakan berapa jumlah uang yang akan dikeluarkan untuk membeli hidangan berbuka puasa dan sahur. Catat juga bahwa ada anggaran yang harus disisihkan untuk membayar zakat, infaq, dan sedekah. Perlu ditambahkan anggaran untuk tabungan karena masih ada kehidupan yang harus ditanggung setelah bulan Ramadan berlalu.
Demi menekan pengeluaran yang serendah-rendahnya, kita juga harus berani mengurangi keinginan yang tidak perlu. Misal, jika setiap minggu kita menonton bioskop di bulan lain maka saat bulan Ramadan, kita cukup sekali saja menghabiskan waktu di tempat hiburan tersebut. Jadikan bulan Ramadan sebagai waktu untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Ada baiknya jika kita lebih memakmurkan masjid dibanding pergi ke tempat-tempat hiburan yang tidak berfaedah.
Peningkatan ibadah harus selalu menjadi fokus utama selama bulan Ramadan. Singkirkan godaan untuk sekedar jalan-jalan yang mengeluarkan uang. Tetapkan anggaran untuk lebih banyak beramal. Teguhkan hati kita karena berlomba-lomba dalam kebaikan alias mengejar pahala lebih utama dibanding pergi ke tempat hiburan dan melakukan kesia-siaan dalam kehidupan.
Tapi, tetapkan dari sekarang bahwa anggaran mudik alias pulang kampung ini membutuhkan biaya tambahan yang cukup banyak. Buat pos pengeluaran seperti besar uang transport, angpau lebaran, dan kebutuhan tak terduga selama di kampung halaman.
Pilih moda transportasi yang paling hemat. Jika harus menggunakan transportasi publik, maka kita harus siasati dengan memesan tiket lebih dahulu sebelum hari keberangkatan tiba. Sementara jika memutuskan untuk membawa kendaraan pribadi, kita harus pertimbangkan waktu dan kondisi fisik agar tidak sakit selama di perjalanan atau setiba di kampung halaman. Jika semua sudah direncanakan dan anggaran mudik tetap tidak memungkinkan, maka sebaiknya mudik tak perlu dipaksakan.
2. Berbuka puasa dan makan sahur dengan sewajarnya
Serakah itu memang sifat dasar manusia. Ibadah puasa justru membawa kita pada ajang balas dendam bukan menahan diri dari godaan setan. Sahur dengan menu spesial dan buka puasa dengan nafsu besar seolah merasuki jiwa yang tidak pernah ada habisnya. Padahal anggaran keuangan harus disiasati dengan cermat agar kehidupan bisa terus berjalan sebagaimana mestinya.
Nafsu itu bisa datang kapan saja. Apalagi jelang buka puasa. Begitu keluar rumah, banyak jajanan yang menggoda untuk dicoba. Hidangan pembuka pun mulai mencuri hati siapa saja yang melihatnya. Es sirup, sup buah, kolak, gorengan, nasi goreng, sate padang dan makanan pembuka lain selalu kita beli. Tapi, setelah sudah tersedia di atas meja, sanggupkah semua makanan tersebut dihabiskan saat itu juga?.