2. India memiliki Esential Commodity Act (1955). Apabila suatu komoditi masuk kategori kebutuhan yang hakiki, maka Pemerintah India melakukan intervensi sejak dari produksi, distribusi atau tahap logistik hingga pricing policy.
3. Australia memiliki Surveillance Act. Jika harga sejumlah komoditas strategis mengalami kenaikan tidak wajar (di atas angka inflasi rata-rata tahunan), Pemerintah Australia melakukan intervensi dalam bentuk memberi bantuan langsung tunai kepada rentan kelompok masyarakat yang membutuhkan. Bisa juga dalam bentuk pasar murah.
3 contoh negara tersebut mampu membawa Pemerintah pada penguatan regulasi. Minimal, Pemerintah mampu mewajibkan pelaku usaha distribusi bahan pokok untuk melaporkan distribusi dan stok mulai dari sekarang.
Jangan sampai para pelaku usaha justru terciduk saat dilakukan operasi pasar karena ada penimbunan di dalam industri yang mereka kelola. Industri harus taat terhadap kebijakan Pemerintah agar bisa berjalan beriringan demi kestabilan.
Berarti, tidak hanya intervensi dari Pemerintah saja. Semua pihak juga harus bergerak bersama untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sebagai contoh, industri lokal juga harus memenuhi permintaan produk yang sedang diminati. Salah satu cara terbaik menurunkan harga yaitu dengan membanjiri pasar melalui produk dalam negeri.
Apalagi pergeseran gaya hidup ke ranah digital semakin pesat. Maka, industri  lokal harus mampu bersaing di pasar global. Minimal dengan melakukan pendekatan terhadap generasi milenial selaku pangsa pasar. Buat promosi produk ke arah digital.  Jangan sampai kita masih malu menggunakan produk lokal. Jika itu terjadi, cepat atau lambat produk lokal justru diakui oleh bangsa lain.
Inilah era ekonomi kreatif berbasis digital yang saling terintegrasi dan saling tergantung satu sama lain. Terus jalankan strategi-strategi di atas demi mengidentifikasi kekuatan nasional sehingga bisa bekerja secara optimal dalam konteks stabilisasi harga pasar yang ekonomis.
Kerjasama ekonomi secara Internasional juga harus tetap terhubung agar kegiatan perdagangan bisa menciptakan keuntungan dan kesejahteraan.
Di akhir obrolan, Pak Enggar berkelakar "Jadi Menteri Perdagangan itu bagai duduk di kursi berduri. Buat apa jadi Menteri, kalau tidak bisa mensejahterakan anak negeri".