Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dualisme Sekala Niskala, Representasi Perbedaan untuk Satu Keutuhan

21 Maret 2018   16:17 Diperbarui: 21 Maret 2018   16:24 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu adegan di rumah sakit dalam Film Sekala Niskala (sumber: cinemaniaindonesia.wordpress.com)

Kembar buncing itu simbol keseimbangan

Keseimbangan dunia terwujud saat Tuhan menciptakan segala hal dengan berpasangan. Ada lelaki dan perempuan, baik dan buruk, tua dan muda, sehat dan sakit, hitam dan putih, terang dan gelap, serta positif dan negatif. Sosok yang berbeda bukan untuk saling bertentangan, melainkan diperlukan untuk saling melengkapi demi terwujud harmoni yang hakiki. Ada saling ketergantungan untuk mengakui kelebihan dan menutupi segala kekurangan. Sampai akhirnya, kenyataan dan mimpi berada pada garis batas atas dan bawah sehingga hanya yang bertahan di tengah yang bisa melihat keduanya.

Paham yang mempengeruhi prinsip saling bertentangan ini biasa dikenal dengan istilah dualisme. Itulah yang kemudian diramu masuk ke dalam cerita Sekala Niskala. Dengan pengadeganan antara realis dan surealis, film ini bercerita tentang pengalaman hidup yang membuat bulu roma berdiri. Kisah film memperkenalkan Tantra (Gus Sena) dan Tantri (Thaly Titi Kasih), kembar 'buncing' (pria dan wanita) dalam pengalaman spiritual yang sarat dengan kearifan lokal, mitos, cerita rakyat, tradisi, serta budaya Bali

Sebuah desa di Bali menjadi domisili anak-anak berusia 10 tahun yang tinggal bersama ayah (I Ketut Rina) dan ibu (Ayu Laksmi). Konon kembar buncing justru merujuk bisa membawa petaka. Tantra mendadak sakit, kondisinya tak kunjung membaik. Ia sulit untuk menanggapi panca inderanya untuk berfungsi lebih aktif. Harapan pun seakan sirna karena tinggal menunggu ajal yang menjemput tiba. Tantri mulai sedih. Ia kehilangan teman bermain sekaligus saudara kandungnya sendiri. Kebersamaan mereka terusik.

Tantri resah dalam imajinasi. Berulang kali Ia menari di kelam malam ditemani sekelompok anak tak kasat mata. Ia sowan kepada rembulan dan mencurahkan kegundahan dalam dirinya. Ada antusias yang mendalam, ekspresif yang merona, hingga gerakan yang enerjik dalam setiap jejak tarian malam.

Ketika malam tiba di tempat berbeda. Saudara kembar dipercaya bisa membaca pikiran saudara kembar lain. Seolah mereka berkomunikasi melalui telepati. Ini pula yang terjadi antara Tantra dan Tantri.

Film telah mendapatkan 3 penghargaan dari ajang internasional
Film telah mendapatkan 3 penghargaan dari ajang internasional
Tidak ada konflik berlebihan dalam cerita film Sekala Niskala. Penonton akan diajak melihat kekhawatiran Tantra yang terguncang untuk menerima takdir bahwa hatinya terus merasa tidak tenteram. Tantra berusaha menghibur diri, sementara Tantri bertahan menghadapi kehilangan  dalam momen durasi 86 menit yang bisa disaksikan di bioskop hingga saaat ini.

Film hadir dipenuhi lambang yang menyiratkan emosi tak biasa. Bulan dan telur menjadi perumpamaan yang tidak hanya berfungsi sebagai properti belaka, melainkan masuk ke dalam unsur cerita. Tarian dijadikan media komunikasi untuk tutur cerita. Visual pun indah bagai pemandangan bisu yang digarap oleh sutradara muda berbakat, Kamila Andini.

Kisah fantasi tetap ada. Hanya saja benang merah dianyam melalui tata kostum yang digunakan dalam tarian untuk mengukuhkan eksistensi kebudayaan Bali yang masih bertahan pada tradisi. Beberapa adegan akan menguatkan penonton seperti sedang menyaksikan seni pertunjukan tari di atas panggung.

Olah tubuh yang begitu lentur dan olah vokal yang bernada jujur mengiringi penampilan akting para aktor dan aktris pemeran anak-anak yang sederhana. Kehilangan dalam masa anak-anak mampu terinterpretasi dengan layak meski film lebih banyak diam secara visual. Gerakan pun mengalir tanpa harus berpikir adegan apa yang sedang mereka lakukan. Kekuatan ekspresi menjadi bukti atas keseharian masyarakat yang terjaga dalam kearifan lokal.

Kedua pemeran utama tampak lihai mendalami peran karena sudah terbiasa dalam seni tari. Mereka berhasil membangun simpati penonton untuk tetap duduk di kursi bioskopnya masing-masing. Thaly begitu menawan dan hadir sebagai aktris pendatang baru yang memukau. Kelenturan koreografi yang diajarkan oleh seniman, Ida Ayu Wayan Arya Satyani membuat Thaly terhanyut sebagai Tantri yang menyentuh relung rasa dan menggetarkan jiwa.

Ayu Laksmi juga berhasil membawa penonton terenyuh dalam alunan musik tradisional khas Bali yang ia mainkan sendiri sambil melantunkan tembang berbahasa daerah. Karakternya mampu mencerminkan hipotesis tentang kasih Ibu yang selalu ada di hati anak-anaknya. Cameo seperti Happy Salma (Suster Ida) juga turut membuat film Sekala Niskala punya nilai tersendiri.

Desain produksi unik secara keseluruhan. Diawali dari judul yang menyiratkan dua pendekatan sekaligus. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Sekala berarti selalu/sewaktu-waktu/sediakala, sementara niskala berarti tidak berwujud/abstrak. Maka, jalan cerita film mulai membuka pada dua arah gaya bertutur, realisme dan surealisme yang mengiringi perkembangan karakter para pemeran utama dengan dialog bahasa ibu, yaitu bahasa Bali itu sendiri.

Tata kamera yang bagus tergerus dalam teknik still camera dan follow shot (moving object). Atmosfer anak-anak terasa fokus mengambil alih perhatian mata penonton. Sinematografi pun menghantui unsur mistis meski tanpa penampakan yang menyeramkan dan penyuntingan grafis secara digital. Sinematografer Anggi Frisca berani menggabungkan pesona gelap bulan purnama sebagai latar tarian yang dilakukan anak-anak dengan euforia ceria.

Perlahan tapi pasti, artistik nan apik menghipnotis narasi Sekala Niskala yang magis. Terpadu dengan lantunan tata suara yang membungkus hal-hal nyata dan penuh impian dengan peristiwa yang sedang terjadi pada setiap adegan. Bersiaplah untuk mengkhayal agar penonton tidak terlalu lupa dengan hal-hal yang bersifat sakral.

Rasa takut yang menghantui Tantri berhasil dicurahkan melalui daya imajinasi yang tak luput dari kegelisahan hati. Tarian dipercaya sebagai salah satu bentuk ejawantah dalam keadaan cemas. Kultur Bali juga dinilai sebagai lokasi yang keseharian penduduknya masih menjalin hubungan kuat antara tradisi kebersamaan bagi kasta yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Ada penghormatan dari sisi tradisi untuk menggali kepemilikan unsur mistis dalam adegan tari penuh imajinasi.

Hanya saja beberapa adegan saat menyampaikan unsur realisme terlihat kurang berfaedah.  Seperti adegan sabung ayam yang terlihat berlebihan. Selain itu, kekurangan eksekusi dalam hal yang natural meninggalkan kesan yang tidak alami, misalnya gorden yang tidak ditutup saat semua sudah terlelap dalam tidur di malam hari. Unsur-unsur nyata yang mengarah pada ketidaklogisan semata bisa membuat film terlihat membosankan pada beberapa bagian.

Still Photos publisis Film Sekala Niskala (sumber: seventh-row.com)
Still Photos publisis Film Sekala Niskala (sumber: seventh-row.com)
Film Sekala Niskala berada pada level segmented untuk bertahan melalui jaringan bioskop komersil. Meski tema yang diangkat begitu ajaib karena sulit ditemui oleh film-film lain. Beberapa adegan terlihat samar. Entah analogi mimpi atau simbol dari ikatan batin saudara kembar. Tantri dan Tantra memang seolah tidak bisa dipisahkan.

Secara awam, film Sekala Niskala memang berat untuk diterjemahkan. Namun, tempo yang lambat bisa dijadikan renungan untuk masuk memenuhi relung cerita. Filosofi bagi mereka yang percaya dalam hidup; hidup selaras dengan semua yang terlihat dan juga tidak terlihat. Konsep ini yang mendefinisikan Indonesia terdiri dari perbedaan kepercayaan, mitos, dan semesta yang beragam.

Tunggu apalagi, dunia sudah mengakui keunggulan film yang merepresentasi simbol dalam semesta untuk tersirat kepercayaan mistis yang kental. Harmoni yang sungguh menarik bagi penonton yang ingin melihat narasi dalam bentuk visual yang brilian. Jangan sampai layar bioskop mulai menuruni film ini karena tidak mencuri hati penonton anak negeri. Film Sekala Niskala menjadi langka dan wajib disaksikan para pencinta film Indonesia.

Perdamaian dalam  pikiran kita itu akan terwujud jika kita bisa melihat hal-hal tak kasat mata yang berpadu padan dengan kenyataan dengan penuh keyakinan, meski kehilangan itu harus kita hadapi sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun