Dari situ film Night Bus berkembang dalam bentuk skenario yang disusun oleh Rahabi Mandra. Namun, film ini tidak secara langsung memilih nama daerah sebenarnya. Sampar dibuat sebagai kota fiksi karena tim produksi tidak ingin menyinggung salah satu pihak yang ada di kehidupan nyata.
Akhirnya, Film Night Bus bisa menjadi refleksi karena diinspirasi dari bus malam yang biasa melewati Provinsi Sumatera Utara menuju Aceh di era darurat militer tahun 2002-2005 saat pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dahulu penumpang bis yang beretnis Jawa akan disweeping KTP oleh kelompok GAM asli Aceh. Etnis Jawa dipandang sebagai representasi penguasa di Indonesia, khususnya di Aceh. Kejadian ini terjadi setelah Krisis Moneter di tahun 1998 dan jatuhnya orde baru. Tindakan militer banyak dilakukan di Aceh, Maluku, dan Papua karena beberapa pihak trauma atas lepasnya Provinsi Timor-Timur menjadi Negara Timor Leste.
Dilatarbelakangi situasi unik tersebut memberi begitu kesegaran atas variasi genre film Indonesia dengan original look yang manusiawi. Selain bertujuan untuk menghibur, film ini membawa pesan penting menjaga persatuan dan keutuhan bangsa demi menghindari konflik yang tentu akan menimbulkan korban, kerugian dan kehancuran. Film Night Bus berisi dengan nilai lokal yang kuat mampu menyentuh penonton melalui cerita mencekam tentang perspektif penumpang terakhir yang membawa pesan kemanusiaan dan perdamaian.
Night Bus Movie had flaws on some tech aspects yet billed over rare themes and effective acts, Night Bus is a well constructed edge-of-your-seat suspense!. Night Bus is one of a kind film that we rarely see in Indonesian thriller genre. Sure it's very important to watch!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H