Gangguan dari hantu Ibu berlanjut sampai akhir film. Mobil jemputan yang ternyata dibawa oleh Pak Budiman untuk membawa keluarga mereka menuju ke kota itu datang hingga dini hari. Mobil berupaya agar bisa tancap gas lebih kencang untuk menghindari kejaran pocong-pocong yang bangkit dari kuburnya. Semua anggota keluarga bergegas, hanya Ian yang tidak bisa ikut pergi bersama mereka. Ian dianggap sebagai anak bungsu yang nyawanya harus diserahkan kepada Ibu sebagai bentuk persembahan abdi setan. Plot twist ini pun mengakhiri film Pengabdi Setan tanpa petunjuk di awal dan pertengahan cerita. Tersisa frame dari Batara (Fachri Albar) dan Darminah (Asmara Abigail) yang tampil sebagai cameo di akhir film sebagai representasi pasangan sekte yang siap mencari pengikut mereka di sekuel film Pengabdi Setan selanjutnya.
"Mereka tidak akan bisa mengambil nyawa kalian jika kalian bisa saling menyayangi"
Itulah story overview Film Pengabdi Setan versi kekinian.Semakin mendekati akhir, ungkapan cerita atas kisah masa lalu yang telah terjadi dieksekusi semakin konyol. "Katanya begitu, eh faktanya begini". Terasa film ini masih ragu untuk meletakkan alur utama cerita mereka sendiri dengan pendapat dan perasaan yang berlanjut semakin tidak make sense.
Film ini coba memunculkan benang merah, hanya saja benang merah tersebut tidak mampu mengikat banyak hal. Beberapa celah justru sengaja dibuat semakin tidak berkelindan rapi (plot hole). Ada banyak inkonsistensi yang tampak jelas, baik dari segi karakterisasi maupun perkembangan narasi.
Beberapa adegan tampak aneh, entah sengaja dihilangkan atau dimasukkan begitu saja. Misalnya, tidak ada adegan anak-anak berkomunikasi dengan bapaknya saat nenek meninggal padahal kondisi dalam rumah semakin mengancam nyawa mereka masing-masing. Dengan dalih tidak ada kontak yang bisa dihubungi, rasanya karakter Bapak sengaja menghilang tanpa jejak begitu saja. Ada juga adegan mati lampu dan si Tono sambil melihat ke jendela bilang bahwa semua rumah di sekitar juga mengalami padamnya lampu. Padahal sepanjang film, penonton tidak akan melihat bahwa rumah mereka dekat dengan rumah tetangga lainnya.
Lalu, adegan Rini yang tiba-tiba ingin mencari angin segar ke luar rumah saat mereka menunggu mobil jemputan. Ternyata, Rini dipaksa keluar rumah agar bisa menemukan bibit-bibit sekte yang telah bertabur di sekitar rumah. Berlanjut lagi adegan tersebut saat Bapak menyuruh Rini dan Tony tidur lebih dahulu, sementara Bapak masih bertahan dengan kantuknya di ruang tamu bersama ustad sambil menunggu mobil jemputan datang dan momen ulang tahun Ian. Hingga jam dua belas malam, justru adegan menampilkan Bapak sudah tidur nyenyak di atas ranjang.Â
Lebih lanjut, alur cerita film mulai berjalan tidak sesuai logika. Ibadah dan peran ustad yang biasanya memiliki kekuatan ampuh untuk mengusir setan justru ditepis tidak sesuai dengan pembelajaran rohani yang kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kematian sang ustad memberi deskripsi hilangnya agama sebagai tiang pegangan diatas  kebenaran. Entah memang kebenaran tidak akan selalu menang atau sengaja agama dianggap bukan sebagai kebenaran yang hakiki. Hal ini yang tidak membentuk narasi justru mengarah pada sensasi pesan yang ingin disampaikan pembuat film kepada penonton.
Narasi film berlanjut tidak membentuk kesatuan utuh dengan memaksakan tokoh Hendra yang mengalami kecelakaan saat perjalanan dari kota. Padahal, ada sebuah rahasia yang telah disampaikan Pak Budiman kepada Hendra. Sampai akhirnya ada sosok misterius yang menggedor kamar Pak Budiman setelah Hendra beranjak dari tempat itu. Semua kisah dibiarkan menggantung begitu saja.
Cerita film ini juga menjadi tidak terasa segar dan familiar. Beberapa adegan cenderung mencoba beradaptasi dengan part story The Conjuring yang sudah menjadi box office dunia. Adegan penampakan hantu di cermin, tangan hantu yang masuk ke dalam mukena, properti lonceng dan sumur tua, hingga anak kecil yang sulit bicara. Adegan Ian yang seolah melayang karena ditarik oleh penampakan begitu terlihat tali sling di pinggang Ian. Kekuatan adegan dalam setiap cerita pun semakin berkurang.
Rumah tua di pedalaman dengan sejumlah jump-scare juga banyak penonton temui seperti di film-film horor lainnya. Ada hantu wanita yang tertawa lebar dengan perputaran shot dan hantu nenek yang muncul dengan suara sedang menderita asma bisa penonton temui saat menonton film Insidious.
Secara personal jump-scare dalam film Pengabdi Setan juga terbilang sering sehingga ketakutan pun tak terlalu membuat suasana meledak (excited). Penampakan hantu-hantu hanya berusaha menguji adrenaline dan memaksa penonton untuk ikut senam jantung seperti naik roller coaster.