Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Rafathar Segera Turun dari Layar Bioskop Kesayangan Kompasianer

28 Agustus 2017   22:26 Diperbarui: 6 September 2017   23:39 4999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah segmentasi penonton seperti apa yang ingin dijangkau oleh film Rafathar, apakah memang diperuntukkan untuk anak-anak, ABG, atau kategori baru semacam 'lintas generasi'. Namun, jika memilih sebagai film hiburan untuk keluarga yang lintas generasi, sepertinya genre ini lebih cocok bagi film yang memiliki plot cerita sejak sang tokoh utama masih bayi hingga dewasa bahkan meninggal dunia. Misalnya, film-film animasi yang diadaptasi dari komik karya tahun 1997 ke atas, seperti Naruto, Bleach, One Piece, Detective Conan, Attack of Titan, dan masih banyak lagi.

Padatnya penempatan pesan sponsor secara frontal juga banyak ditemui sepanjang film Rafathar. Mulai dari Ramayana, Alfamart, Bank Sinarmas, Smartfren, Line, dan masih banyak lagi menjadi product placement promosi yang menjangkau pandang mata penonton. Ada beberapa sponsor yang telah ditempatkan pas seperti penggunaan kostum maskot Robot Andromax dari Smartfren yang digunakan oleh Rafathar di adegan akhir. Ada juga sponsor dengan adegan yang tidak sesuai porsinya, seperti adegan keributan di Ramayana yang kurang begitu ramai hiruk pikuknya. Tidak ada security atau pengunjung yang terganggu atas keributan yang terjadi disitu.

Akibatnya, menonton Rafathar tak perlu begitu khidmat lantaran film ini berada di posisi serba tanggung. Mau mengambil hati penonton segala usia namun plot terlalu rumit bagi anak-anak. Di sisi lain, film ini mendekatkan cerita pada penonton usia belasan ke atas, namun terbentur oleh kombinasi plot yang kurang mengikat. Alhasil, Rafathar terasa hampa dan hambar untuk diikuti sehingga durasi 90 menit pun terasa sangat panjang. Sungguh sangat disayangkan, padahal budget produksi mencapai 15 miliar telah dikeluarkan.

Menurut opini penulis, film Rafathar juga menjual cerita dengan plot twist yang mudah ditebak. Penulis sangat terkejut dengan alur film dan dramaturgi yang kurang dinamis. Unreal movement cameradan cut to cutmembuat sinematografi film ini semakin tidak berisi. Akhirnya, pilar narasi dari sponsor lebih menjual sebagai ajang promosi dari setiap produk yang harus menyatu dalam kisah demi kisah.

Penggunaan elemen Computer Generated Imagery (CGI) untuk mengalirkan kisah juga menjadi masalah yang hinggap di film ini. Tampak sangat kasar dalam proses penyuntingan gambar. Selanjutnya, berulang kali efek muncul tanpa esensi jelas dan terlampau dipaksakan sehingga mengekspos kelemahan cerita itu sendiri. Lihat saja saat adegan robot berwujud ATM dan kulkas tiba-tiba muncul menyentuh klimaks yang membuat kepala penonton bergeleng-geleng. Mungkin saja tim produksi coba mengadopsi konsep ala mesin penghancur transformers yang nyatanya lebih mirip dengan kehadiran naga-naga seperti sinema laga di Indosiar.

Hampir sama dengan film Comic 8 produksi Anggi Umbara sebelumnya, penempatan CGI terkesan apa adanya atau ala kadarnya. Tidak ada yang istimewa. Gabungan green screen yang tidak rapih dan set extension yang terkesan memaksa tetap ditampilkan. Seharusnya apabila anggaran dan waktu produksi tidak memadai untuk memvisualisasikan green screen, bukankah lebih bijak jika adegan disederhanakan saja tanpa harus didorong untuk memaksa tampil bombastis. Penggunaan CGI yang kurang matang bisa mengganggu kenikmatan menonton karena penonton hanya akan menyaksikan adegan demi adegan yang belum tuntas.

Penonton akan semakin dibohongi apalagi efek grafis kekuatan ultra dari sosok Rafathar sama sekali tidak ada sepanjang film. Seharusnya efek tersebut bisa keluar dari jari, tangan, atau tatapan mata Rafathar. Kecanggihan efek CGI pun semakin teruji jika dibanding serial-serial televisi seperti Anak Ajaib, Lorong Waktu, dan Gerhana yang pernah menghiasi layar kaca di tahun 90an. Padahal dari segi promosi, nilai CGI ini mereka jual sebagai point of interest yang membedakan dengan film-film Indonesia lainnya.

Motion capture yang dibuat oleh Epic FX Studio yang berhasil memproduksi film-film besar Hollywood seperti Superman Return, The Incredible Hulk, dan Night at the Museumuntungnya mampu menyelamatkan beberapa adegan.Seperti adegan sosok yang mirip dengan Jokowi sedang sambutan lalu ondel-ondel raksasa berjalan hidup hingga adegan mengejar Rafathar yang berlangsung di dalam rumah, apartemen, sampai jalanan tergarap cukup baik. Mobil dengan segala macam propertinya juga coba dieksekusi meski masih menyentuh ranah sinetron lokal di televisi.

Dibalik itu, materi humor cukup menggoda penulis menyunggingkan senyum terutama saat Agus Kuncoro dengan banyak logat atau dialek yang dipaksakan sengaja tampil all out melalui nyinyirannya. Dilengkapi pula Babe Cabita yang konsisten dengan sifat lupa seperti amnesia sehingga melontarkan ujaran repetitif yang cukup kreatif. Materi misused memeyang viral karena ulah Nagita Slavina juga cukup mengena mengisi kelakar-kelakar lain yang minim eksekusi.

Original soundtrack film Rafathar juga memberi nilai tersendiri karena digarap oleh pasangan musisi profesional, Melly Goeslaw dan Anto Hoed melalui sebuah lagu berjudul Heyy Yoo. Video klip dengan konsep unik dan bertabur bintang seperti Irwansyah, Zaskia Sungkar, Ayushita, Ruben Onsu, Anggy Umbara, dan tak ketinggalan Amy Qanita dan Syahnaz menghiasi proses produksi yang saling mendukung satu sama lain, baik dari kalangan keluarga maupun sahabat Raffi Ahmad dan Nagita Slavina itu sendiri.

Di balik sosok yang menggemaskan, Rafathar memang punya kekuatan super yang bisa membahayakan siapa pun yang mencoba untuk menyakitinya. Tontonan layar lebar bersama keluarga ini pasti akan memaksa kita untuk mengeluarkan derai tawa meski hanya melihat aksi menggemaskan dari sosok Rafathar. Overall, film Rafathar punya kekuatan supranatural tersendiri. Kekuatan supernya tersebut yaitu kekuatan saat penonton tidak mau tersenyum, tapi Rafathar bisa membuat penonton tersenyum sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun