Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pesona Batik sebagai Produk Lokal Kekinian

29 Mei 2017   16:04 Diperbarui: 29 Mei 2017   16:07 2624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Dari proses kreatif akan terungkap makna filosofis yang terkandung dalam setiap motif, desain, dan teknik pewarnaan. Saat ini, proses kreatif tersebut juga harus melibatkan generasi milenial agar kearifan lokal bisa dikenal dengan baik.

     Untuk itu, Badan Ekonomi Kreatif telah merancang keberlanjutan Program Direktorat Edukasi Ekonomi Kreatif Terkait Subsektor Desain, Fashion, dan Kriya. Mulai dari ORBIT (Seleksi Desainer Indonesia), IKKON (Inovatif dan Kreatif melalui Kolaborasi Nusantara), KOPIKKON (Koperasi Inovatif dan Kreatif melalui Kolaborasi Nusantara), dan CREATE (Creative Training & Education).

     Program-program tersebut harus didukung oleh generasi milenial sebagai ajang kolaborasi penggabungan ide yang akan menghasilkan karya yang lebih baik dan tentunya lebih kece. Kebetulan saja, penulis juga sedang mengikuti tahap seleksi untuk Program IKKON 2017.

     Program tersebut merupakan sebuah program live-in yang menempatkan seseorang atau sekelompok pelaku kreatif pada suatu wilayah di Indonesia yang bertujuan untuk mendorong dan membentuk pengembangan potensi ekonomi kreatif lokal. Dalam pelaksanaannya diharapkan para peserta program IKKON dan masyarakat lokal dapat saling berbagi berinteraksi, bereksplorasi dan berkolaborasi sehingga masing-masing pihak yang terlibat dapat saling memperoleh manfaat secara etis (ethical benefit sharing) berkelanjutan. Setelah hasil karya berhasil dibuat, maka karya akan langsung mendapat perlindungkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

Contoh Motif Batik Tulis dan Batik Cap (DokPri)
Contoh Motif Batik Tulis dan Batik Cap (DokPri)
     Industri asing mulai menyerang Indonesia melalui printing industry yang mengaku bahwa motif batik yang mereka ciptakan tersebut berasal dari negaranya masing-masing. Ibu Poppy Savitri pun menegaskan bahwa yang disebut batik yaitu batik tulis dan batik cap, bukan batik printing yang banyak beredar di pasaran. Maka dari itu, Batik Tulis dan Batik Cap harus dipertahankan orisinalitasnya karena keunikan motifnya mempunyai ciri khas yang tak kan pernah tergantikan.

     Tantangan tersebut harus disikapi oleh generasi milenial dalam mengungkap pesona batik khas Indonesia. Melalui ide-ide baru tentang batik yang memperkaya motif dan warna yang sebelumnya ada semua harus mampu dikreasikan agar menjadi tren busana global.

      Keterlibatan generasi milenial  juga akan dimulai sebagai konseptor di desa-desa terpencil. Mereka akan merumuskan karya hingga packaging (pengemasan) sebagai nilai tambah untuk produk batik yang mendunia. Inisiatif ini dirumuskan langsung dengan pembentukan Ekosistem Desa Kreatif yang diusung BeKraf dan Desa Wisata Binaan yang diusung BCA.

PresDir BCA sedang memberikan sambutan (DokPri)
PresDir BCA sedang memberikan sambutan (DokPri)
     Sebagai seorang penyuka batik, Presiden Direktur BCA, Bapak Jahja Setiaatmadja mengatakan “Produk-produk kreatif lokal seperti batik yang dibuat oleh perajin di desa harus mendapat tempat pemasaran yang layak baik skala nasional hingga internasional. Persaingan dalam segi pemasaran ini menjadi suatu hal yang harus diperhitungkan untuk mengungkap nilai-nilai budaya yang terpendam dari batik itu sendiri”.

     Secara konkret, BCA telah peduli terhadap budaya bangsa dengan meresmikan Kampung Batik Gemah Sumilir, Wiradesa, Pekalongan dan bekerja sama dengan para pengrajin batik di Pekalongan untuk memproduksi Batik Hoko BCA yang digunakan lebih dari 23.000 karyawan BCA di seluruh Indonesia. BCA berkomitmen bahwa sehelai kain batik bisa menjadi karya budaya yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran. Produk batik akan menjadi komoditas yang patut diperhitungkan sebagai aset berharga sehingga bisa mencerminkan identitas bangsa Indonesia.

     “Semoga saja Indonesia bisa bersaing di pasar global. Misalnya dengan Negara Jepang yang menjadi negara terdekat untuk pemasaran karena motif batik di Indonesia yang berwarna alam diminati oleh penduduk di sana. Bisa juga dengan negara-negara Eropa yang lebih mengutamakan produk berbasis go green” tambah Ibu Nita Kenzo selaku Ketua Yayasan Batik Indonesia.

     Ibu Nita Kenzo dari kecil sudah dibiasakan mengenakan batik dalam setiap perayaan acara-acara di rumahnya.  Tren berbatik pun mulai mendapat antusias yang sangat bagus dari masyarakat. Perancang busana berlomba-lomba membuat gaya pakaian berbahan batik yang beragam, unik, fashionable dan bisa digunakan untuk segala suasana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun