Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Journey to Andalusia; Perjalanan Spiritual Wartawati Kompas Gramedia

22 Februari 2017   00:13 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:23 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Marfuah Panji Astuti mulai membaca begitu banyak buku sebagai referensi demi mempersiapkan perjalanan ke Andalusia. Dalam benaknya, Andalusia menjadi negeri sejuta cahaya, tempat segala hal hebat berawal. Perjalanan ke Andalusia dilakukan untuk konfirmasi sejarah. Generasi muda tidak paham bahwa Islam merupakan agama yang membawa Negara Spanyol, Portugal, dan sebagian Prancis berkembang dari gelap gulita menuju terang benderang. Ia tak mau umat Islam tersesat mendapat informasi dari internet yang menyebarkan hoax (berita kebohongan).

Muhammad Herlambang, suaminya menjadi pendamping setia saat Ia jatuh cinta menyaksikan keindahan Istana Alhambra. Mereka pun menuju kota Cordoba untuk melihat kebangkitan peradaban sejuta cahaya dengan sejarah ilmuwan yang mengubah dunia. Hingga menangis di Kota Mezquita karena luka lama jejak Islam yang berubah setelah ribuan tahun lamanya.

Perjalanan ke Eropa merupakan perjalanan pertama kalinya. Tidak hanya melihat jejak bangunan peninggalan Islam, agama ini juga meninggalkan jejak kuliner yang masih lestari hingga kini. Cahaya Islam tetap bersinar di negeri-negeri ini dan tidak tergantikan. Sampai suatu waktu, kemunduran Andalusia berlangsung selama 200 tahun, hingga jejaknya benar-benar sirna. Innalillahi wa innailahi roji’un.

Selama perjalanan, Ia berhasil mencatat tokoh-tokoh yang mengukir sejarah di Andalusia. Ia berhasil menemukan 10 warisan Andalusia untuk dunia. Ia berhasil menemukan sejarah dengan catatan yang berulang.

Ini merupakan perjalanan spiritual. Bagai mimpi menyusuri bumi Allah SWT. Perjalanan penuh warna yang membawanya bertutur tentang jejak-jejak sejarah Islam yang berserakan dan harus diliterasikan untuk warisan anak cucu kita nanti.

--------------------

“Apakah kalian pernah berpikir, ada pasukan perang yang baik: sangat berdisiplin, mempunyai kemampuan militer yang andal, namun sangat beradab. Mereka tidak seperti penjajah yang pernah dijumpai sebelumnya. Pasukan ini sama sekali tidak merampas atau mengambil kekayaan, tidak menyerang wanita, orang tua, dan anak-anak. Tujuannya hanya satu, menegakkan kalimat La ‘ilaha ‘illa-Allah, Muhammadun rasulullah. (halaman 66-67)

Journey to Andalusia merupakan karya Uttiek Herlambang atau yang dilahirkan dengan nama lengkap Marfuah Panji Astuti. Novel ini akan terbit dalam 3 jilid dengan sudut pandang yang berbeda. Andalusia adalah sejarah yang paripurna, Daulah Utsmani atau Ottoman mencapai kegemilangan, dan Abbasiyah sebagai kota kemegahan. Aku pun telah berkesempatan membaca jilid pertama yang begitu menggoda untuk belajar sejarah Islam didalamnya.

Journey to Andalusia bercerita tentang perjalanan Uttiek ke Andalusia yang dilakukannya pada akhir tahun 2014 lalu. Awalnya, Ia mencatat perjalanan ini melalui blog hingga datang tawaran untuk menyusun menjadi buku trilogi. Islam pernah menyinari negeri Andalusia dengan ilmu pengetahuan, peradaban, dan kemanusiaan selama 800 tahun (711-1492). Delapan ratus tahun bukanlah waktu singkat. Perlahan benderang itu mulai memudar, hingga akhirnya sirna seakan tak berbekas.

“Kalau tentang arah kiblat Masjid Cordoba, ini bukan sekedar tentang sejarah Daulah Umayyah, tapi ini masalah prinsip. Kami tidak mungkin salat tidak menghadap Ka’bah. Itu prinsip.” (Halaman 73)

Selama perjalanan, Uttiek berhasil meluruskan sejarah Islam. Tak hanya mengungkap peninggalan Islam di masanya, Ia coba terus menggali dan mengungkap kebenaran bahwa Andalusia menyimpan begitu banyak warisan. Jiwa Uttiek sebagai jurnalis yang kritis ditunjukkan saat seorang local guide memberi informasi sejarah yang salah.

“Ah, hati kembali perih, mengingat Andalusia adalah sejarah yang dibajak dan ditulis semaunya oleh mereka.”

Di sisi lain, Uttiek pun bisa mengenal kembali jejak-jejak tokoh seperti Musa bin Nushair, Thariq Ibn Ziyad, Tharif bin Malik, Abdurrahman 1, Ibn Rusyd (Averroes), Ibnu Bathuthah, dan Fatimah Al Fihri. Ia juga mengungkap warisan-warisan Andalusia untuk dunia yang dipelopori oleh kaum muslim di bidang kedokteran, alat musik, kosmetik, arsitektur, kuliner, farmasi, geografi, astronomi, penerjemah, dan perpustakaan.

Laa haula wa laa quwwata illa billaah: tiada daya upaya kecuali dengan pertolongan Allah.

“Hati berdesir, kalimat dzikir yang saya puja itu tertatah dengan indah di setiap sudut, pilar, dan dinding pualam yang mengelilingi seluruh istana. Serupa dengan bordiran halus pada sehelai kain sutra. Subhanallah, bagaimana tangan-tangan terampil itu mengerjakannya, tujuh ratus tujuh puluh tahun yang lalu?”. (Halaman 80).

Aku begitu takjub menikmati buku bacaan yang menceritakan wisata edukasi ini. Padahal mempelajari sejarah Islam ratusan tahun silam jarang terlintas dalam benakku. Aku menjadi semakin penasaran melihat telusur jejak-jejak sejarah Islam yang pernah menjadi bagian dari tiga daulah besar perjuangan itu.

Dari awal melihat cover design yang dibuat seperti kartun dengan dominasi warna merah dan biru, aku mulai tertarik membacanya. Hobi membaca ku tersalurkan dengan buku ini yang memang memiliki segmentasi bagi generasi milenial untuk belajar kembali sejarah yang lebih islami.

Sejak halaman prolog ku baca, aku sudah terkesima dengan pemilihan kata yang sederhana namun penuh makna. Penulis berhasil mengajakku untuk membaca halaman demi halaman yang membawaku pada perjalanan spiritual. Aku pun terpikat dengan gaya penulisan buku ini yang begitu tegas. Terkesan tak menggurui karena daftar pustaka yang tersusun pun sudah sangat lengkap.

Representasi karakter penulis terbentuk dengan hebat. Potret keseharian dituturkan apa adanya. Pribadi penulis yang tegas mewakili tutur bahasa nan lugas. Tak ada kesulitan untuk merasakan bahwa aku benar-benar berada di Andalusia. Untungnya, suka duka selama perjalanan dicatat menjadi sebuah pelajaran berharga.

Semakin lama membaca, aku semakin tertantang melihat kisah sejarah apalagi yang berada di Andalusia. Jujur, aku cukup terkejut ketika mengetahui nama kota Madrid berasal dari bahasa Arab “Al Majrit”. Al Majrit berarti tempat air mengalir dari sumbernya.

Aku pun dibuat bertanya-tanya bagaimana caranya bisa pergi ke Andalusia. Apa saja persiapan dan kebutuhannya. Berapa nominal yang harus terbayarkan untuk merasakan sensasi wisata religi semacam ini. Dan aku mendapatkan itu semua dengan tips perjalanan ke Eropa di akhir tulisan buku ini.

"Jika Allah mengizinkan, ia ingin melakukan hal yang sama: menyusuri setiap sudut bumi Allah dan membuat catatan perjalanan yang akan dibagikan pada siapa saja yang belum berkesempatan melihatnya.” (Halaman 188)

Membaca buku ini akan membuatmu terlarut dalam catatan suka duka perjuangan Islam untuk peradabaan. Kamu akan merasakan perjalanan yang begitu mencerahkan. Salut buat penerbit dan penulis buku ini karena sejarah Islam begitu menggelora, seakan membawaku bangga sebagai muslim.

Secara keseluruhan, buku ini bagai oase untuk semua manusia ciptaan Tuhan. Jangan sampai oase ini tenggelam ditelan zaman yang semakin mencekam. Oase pengetahuan Islam harus selalu menjadi obor penerang manusia dalam setiap perjalanan kehidupan.

Takdir Allah adalah apa yang dikehendakiNya, dan itu pasti terjadi*


  • Judul Buku: Journey to Andalusia; Jelajah Tiga Daulah
  • Penulis : Marfuah Panji Astuti
  • Penerbit : BIP (Bhuana Ilmu Populer)
  • Tebal : 190 halaman
  • Terbit : Januari 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun