Ceritanya, pada beberapa hari silam, saya dan teman-teman Kompasianer Penggila Kuliner menghadiri Festival Kuliner Serpong (FKS) 2016. Dengan bermodalkan voucher makan yang diberikan oleh Panitia dalam bentuk kartu untuk transaksi, Saya pun mulai icip-icip kelezatan kuliner khas daerah yang ada disana. Motto saya pada hari itu adalah : “Pantang Pulang, Sebelum Kenyang !” :D
Suguhan kuliner yang bikin ngiler dihadirkan pada festival ini dengan beragam pilihan. Berdasarkan keterangan yang saya dapat dari PR Department PT. Summarecon Agung Tbk, para pedagang di festival ini dipilih berdasarkan kriteria yang ditetapkan sebelumnya oleh tim FKS 2016 dan telah melewati sistem seleksi yang ketat karena hidangan yang disajikan harus mengutamakan rasa, penyajian, kebersihan, dan harga. Saya pun berkeliling dan memilih kuliner berdasarkan jenis hidangan yang terbilang kekinian untuk seusia saya.
Dari semua tenant yang ada, saya pun mengincar menu :
- Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih
Siapa yang tak kenal kuliner nasi goreng? Kuliner tradisional khas Indonesia ini dapat ditemui di hampir semua sudut Kota Jakarta. So, semua pasti sudah pada tahu lah yah dengan nasi goreng kambing yang hits satu ini. Nasi goreng terenak yang dimasak dalam jumlah besar, dan tinggal dihangatkan saja saat dipesan oleh pengunjung. Rasanya pas (tidak asin, tidak manis, dan tidak berminyak), tapi gurih-gurih enyoy gituh. .
Seporsi nasgor nya dihargai dengan harga 36ribu rupiah saja, namun sudah dapat nasi goreng dengan porsi yang besar dilengkapi potongan daging & jeroan yang berlimpah ruah. Lalu, diatasnya ditaburkan acar (kol-ketimun-wortel) sama sambal dan emping. Diluar dugaan saya, walaupun dimasak dalam jumlah yang besar, bumbu dan rempahnya meresap bingit ke nasgornya dan daging kambingnya juga tidak berbau amis!.
Sambil mereka masak, saya pun coba kepo ala citizen journalism. Kata abang yang jual Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih ini telah mulai berjualan sejak tahun 1958. Legenda banget kan tuh, duluan nasi goreng ini, daripada saya lahir. Dulu, promosinya dari mulut ke mulut para penikmatnya. Lidah mereka yang sudah makan ini selalu dimanjakan dengan rasa gurih yang berasal dari olahan rempah-rempah (kapulaga, kunyit, sereh, lada, dan beberapa jenis bumbu lainnya) dengan tambahan minyak samin. Sang penemu di balik kuliner ini bernama Almarhum Haji Nein. Sampai sekarang usahanya pun sudah jadi warisan kuliner yang turun temurun digenerasi keluarga mereka.
Hidangan aku pun selesai dibuat. Porsinya mengenyangkan. Sebuah kuliner kaki lima yang wajib dicoba deh. Lihat aja antrian di boothnya*
I pay for the great meals, so it was worth the value . . . Setelah makan ini, aku jadi ingin makan nasi kebuli, tapi sayangnya gak ketemu di FKS 2016*
2. Tahu Petis Yudhistira
Penasaran nyoba kesini karena their well knownpetis itu sejenis makanan yg dibuat dari udang segar yang ditumbuk halus, direbus dengan air abu merang dan dibumbui, berwarna hitam, kental, dan berbau tajam (sumber: KBBI online). Wah, denger kata udang ajah udah bikin saya merinding karena kadang saya suka alergi atau gatal-gatal gitu kalau makan udang. Tapi, karena rasa penasaran yang tinggi, karena biasanya saya makan tahu pakai cabe rawit. Tapi, disini ada sambal hitamnya gitu, saya pun memutuskan untuk memilih kuliner ini.
Kata si penjualnya, Tahu Petis Yudhistira ini berasal dari Semarang. Yang mana nama Yudhistira ini diambil bukan dari nama orang yang berjualan atau pedagangnya, melainkan diambil dari nama sebuah jalan tempat tinggal si penjual semasa kecilnya.
Walaupun sebenarnya, Semarang itu lebih kita kenal dengan kota Lumpia atau Bandeng Prestonya. Ternyata, tahu petisnya yummy bangeeeet. Jika masih kurang petisnya, Kompasianer bisa minta tambah sama si penjualnya atau bisa juga beli petisnya langsung di sini untuk praktek masak-memasak di rumah.
Rasa kuliner ini cenderung manis menjadi rasa yang lebih ramah dengan lidah orang kebanyakan tanpa meninggalkan cita rasa khas Semarang yang populer manis dan gurih. Petisnya tidak membuat eneg, dan tahunya renyah serta empuk. Pantas saja, Tagline yang diusung oleh penjualnya pun sangat menarik yaitu Tahu Petis Yudhistira ;we serve you Semarang’s unique original recipe. Saya jamin kompasianer akan menyesal jika belum pernah coba. Semoga saja, tahu petis Yudhistira juga bisa menjadi warisan budaya leluhur asli Semarang yah*
![tahu-petis-yudhistira-jpg-57c192d6999373944b105552.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/27/tahu-petis-yudhistira-jpg-57c192d6999373944b105552.jpg?t=o&v=770)
Untuk mendapatkan es ini, Kompasianer bisa mengunjungi booth Es Campur Jeli Pluit A Cen. Banyak pilihan santapan minuman yang sangat menyegarkan disini. Akhirnya, karena dalam keadaan dahaga di siang terik panas membara. Saya pun memilih Es Shanghai. Secara kemasan, es shanghai ini hampir mirip dengan es teler. Hanya saja, dari segi rasa, es shanghai ini tidak terlalu manis. Kandungan bermacam-macam buah di dalam es ini pun kaya akan fruktosa, sejenis glukosa alami yang aman bagi lambung setelah perut seharian kosong.
![img-0023-jpg-57c195e2dd22bd5b537632ac.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/27/img-0023-jpg-57c195e2dd22bd5b537632ac.jpg?t=o&v=770)
Jajanan SD ini memang penuh cita rasa nostalgia. Dinamakan es goyang karena saat membuat es ini, penjualnya harus menggoyangkan gerobaknya secara perlahan. Bukannya penjualnya yang goyang loh yah!. Dan walhasil, Es ini mampu menggoyang lidah saya, apalagi rasanya yang coklat.
![es-goyang-dokpri-57c197d7cb23bd8c4d6bc94b.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/27/es-goyang-dokpri-57c197d7cb23bd8c4d6bc94b.jpg?t=o&v=770)
Karena bingung masih ada saldo di kartu, saya pun mencari kuliner yang antriannya paling panjang. Akhirnya, saya menemukan bubur yang unik. Kenapa unik? Karena bubur ini kaya warna. Walaupun, saya tidak sempat bertanya, campuran apa saja yang ada di dalam bubur ini, tapi saya tetap menikmati karena rasanya sangat manis. Kalau kata si penjualnya sih, manisnya seperti saya ! Tapi bo'ong*
![bukan-bubur-ayam-jpg-57c198e6197b61524eba40e7.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/27/bukan-bubur-ayam-jpg-57c198e6197b61524eba40e7.jpg?t=o&v=770)
Sisa-sisa saldo semakin menipis, setelah kesana kemari mencari kuliner bukan alamat palsu, saldo saya pun hanya tersisa Rp. 2.500,-. Dengan prinsip ekonomis, saya pun harus mencari kuliner yang sesuai dengan saldo agar pas habisnya. Hahahaha. Lalu, Saya pun bertemu dengan berbagai jenis jajanan semasa kanak-kanak dulu.
Di booth ini, Kompasianer bisa menemukan pilihan cemilan anak-anak mulai dari cokelat payung, permen cicak, tenteng kacang, dan masih banyak lagi. Untuk harga, Kompasianer tidak perlu bertanya kepada pembeli karena masing-masing wadah juga sudah ditempel uang zaman dahulu yang melambangkan harga-harga makanan tersebut. Mulai dari pecahan Rp. 2.000 hingga Rp. 10.000,-. Dengan sisa saldo yang menipis pun, saya hanya bisa mendapatkan 2 permen karet buah. Lumayan lah buat menemani pulang sampai rumah dengan sisa saldo kartu 500rupiah . . .
![java-oenik-57c19be4197b614e4eba40ed.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/27/java-oenik-57c19be4197b614e4eba40ed.jpg?t=o&v=770)
Overall, ini kuliner recommended FKS 2016 versi saya.
Apapun makanannya, jangan lupa minumnya tetap Teh Gelas !!!
![sponsorship-57c19d4b6023bd5752c0172c.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/27/sponsorship-57c19d4b6023bd5752c0172c.jpg?t=o&v=770)
![img-4781-jpg-57c1a78fab92731d1ab1658e.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/27/img-4781-jpg-57c1a78fab92731d1ab1658e.jpg?t=o&v=770)
Pesan saya untuk generasi muda lainnya, “Jangan sampai generasi muda hanya mengenal dan menyukai makanan junkfood produk Barat, makanan tradisional pun harus dilestarikan agar membudaya. Jangan sampai kuliner khas Indonesia diakui oleh bangsa lain yaa !.".
Kalau mau berbagi kuliner lainnya, kalian bisa follow instagram saya @me_eksis.
Jangan lupa datang ke Festival Kuliner Serpong (2016). Buat hari kalian, Uweenaakkknya Nampoollll, Rek !
![kpk-logo-57b8423e1097737d1a908d6f-57c1a7e290fdfd0048009e67.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/27/kpk-logo-57b8423e1097737d1a908d6f-57c1a7e290fdfd0048009e67.jpg?t=o&v=770)
Salam Madyaaang……!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI