Mohon tunggu...
Achmad Haqqul Yaqin
Achmad Haqqul Yaqin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sunan Ampel

Talk Less, Do More

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Penerapan Pemikiran Filsafat Materialisme pada Kegiatan Pembelajaran di SD/MI

19 Desember 2021   07:29 Diperbarui: 19 Desember 2021   07:55 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Oleh : Achmad Haqqul Yaqin

Pendahuluan

Pada umumnya kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru dan pengajar lainnya di berbagai lembaga pendidikan khususnya di tingkat SD/MI. Kegiatan ini terjadi karena adanya sebuah proses interaksi antara guru dan siswa di dalam lingkungan belajar. Tertulis Undang-Undang No.20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 Ayat 20 yang berbunyi, bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi siswa dengan guru dan bahan-bahan pembelajaran dalam suatu lingkungan belajar.

Di dalam sebuah kegiatan pembelajaran, guru mengajarkan siswanya tentang beberapa materi yang akan disampaikan dengan menyesuaikan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dimiliki seorang pengajar. Biasanya kecenderungan guru memfokuskan materi yang telah dirancang sebagai bahan penyampaian ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Disinilah pemikiran dari beberapa guru lebih sering cenderung menggunakan variasi ide yang dimiliki sebagai bahan penyampaian materi dalam penerapan di kehidupan sehari-hari.

Cara berfikir yang bersifat material ini menjadikan kecenderungan siswa yang berlebihan segala hal yang dipikirkan memiliki keterkaitan dari sebuah materi yang ada. Terkadang banyak orang berfikir bahwa segala sesuatu yang berbentuk materi bisa dijadikan sebagai bahan hasil dari sebuah pernyataan yang diberikan. Namun dari sisi lain, banyak yang kurang percaya terhadap pemikiran tersebut diarenakan dianggap terlalu berlebihan dalam melakukan sesuatu hal.

Penerapan pemikiran ini apabila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan sebagian banyak orang untuk mempermudah segala hal di setiap aktivitas/kegiatan dengan berbagai cara. Memang kehidupan pada dasarnya memberikan kemudahan banyak orang dalam meraih sebuah tujuan dan harapan yang diinginkan. Itu semua beraaal dari sebuah keinginan yang belum bisa tercapai dan sekarang menjadi sebuah kenyataan sesuai yang diinginkan banyak orang (Sanjiwani, 2020:71).

Praktik penerapan filsafat materialisme di dalam proses kegiatan pembelajaran, menjadikan sebagian dari guru memberikan materi kepada siswanya dengan menyesuaikan ide yang guru miliki. Dari munculnya ide dan pikiran tersebut, sehingga guru menyampaikan sesuai berdasarkan apa yang dia pikirkan agar pikiran tersebut nantinya bisa dijadikan sebuah materi kepada peserta didik dalam pengaplikasian di kehidupan sehari-hari.

Pembahasan

Pemikiran Filsafat Materialisme

Menurut Philipus pada Sulistya, Di kehidupan modern yang serba canggih dan berlandaskan harta dan jabatan, menjadikan pemikiran manusia lebih memprioritaskan material yang dimiliki. Sehingga tidak jarang dari banyak orang mengandalkan materi sebagai bahan pertimbangan dan tolak ukur segala sesuatu dalam penerapan kehidupan sehari-hari. Pemikiran Filsafat Materialisme terjadi dikarenakan adanya material yang dimiliki oleh seseorang hingga banyak orang mengatakan bahwa materi adalah segalanya.

Konsep adanya pemikiran materialisme berdasarkan pernyataan bahwa dunia ini terdiri dari sebuah objek materi yang saling interaksi antar satu sama lain dengan diikuti variasi tingkatan pergerakan (Applebaum, 1987:193). Menurut S.M. Pamardiningtyas, bahwa pemahaman terkait materialisme dinyatakan sebagai sebuah pemahaman yang menegaskan segala sesuatu yang bersifat material daripada immaterial. Pandangan pemahaman Materialisme dianggap menentang pemahaman Immaterial yang bersifat benar.

Materialisme memiliki nilai-nilai didalamnya yaitu, Sebuah benda dinyatakan sebagai hal yang eksisten dan bawaan dari alam semesta sendiri, selain itu dikatakan bahwa tingginya nilai yang dianut oleh banyak orang adalah sebuah kenyataan, kepuasan dan kenikmatan secara fisik (Kurnisar, 2015:36). Dari nilai-nilai tersebut menyatakan bahwa banyak orang mengatakan manusia sebagai benda alam yang sudah ada sejak dari alam semesta itu sendiri. Manusia tidak lain dengan binatang maupun makhluk lain yang seperti mesin bergerak.

Menurut Nurani Soyomukti (2011:34), Kepercayaan terhadap materialisme, tentu harus mematuhi segala aturan dan hukum yang ditetapkan di dalam Filsafat materialisme yang terdiri dari 4 hukum diantaranya, :

  • Hukum 1 "Materi Ada, Nyata dan Konkret"
  • Hukum 2 "Materi itu ada yang lebih kecil dan berhubungan (Diakletis)"
  • Hukum 3 "Materi mengalami saling bertentangan (Kontradiksi)"
  • Hukum 4 "Perubahan Materi yang selalu terus berubah-ubah"

Sebuah konsep pemikiran materialisme berawal dari seorang tokoh filsafat bernama Karl Max yang menggunakan metode pendekatan secara Dialektis maupun Historis (Martin Suryajaya, 2020). Pemikiran Karl Max menganggap bahwa materialisme merupakan  suatu hal yang baru selama sejarah pemikiran-pemikiran lainnya. Marx juga menyatakan bahwasa pemikirannya ini dijadikan sebagai sebuah kritik politik ekonomi terhadap pandangan kaum  proletar (Irzum Farihah, 2015:432)

Implementasi Filsafat Materialisme di Kegiatan Pembelajaran SD/MI

            Keterkaitan kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bentuk pelaksanaan pendidikan. Di dalam pendidikan tidak terlepas dengan tujuan dan alasan dibentuknya kegiatan pembelajaran sebagai proses tercapainya pendidikan yang baik dan bermanfaat bagi generasi penerus bangsa. Kegiatan inilah yang dijadikan penunjang pelaksanaan pendidikan dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan di berbagai lembaga pendidikan khususnya di SD/MI.

Banyaknya sebagian dari para pengajar di lembaga-lembaga pendidikan yang menerapkan filsafat materialisme menjadikan siswa-siswanya lebih menitikberatkan materialisme dalam segala hal di kehidupan sehari-hari. Ajaran materialisme yang diterapkan lebih mengarah kedalam sejarah manusia yang condong terhadap keadaan perekonomian saat itu yang menyatakan segala hal yang dimiliki dari masing-masing orang termasuk kepemilikan seluruh orang (Fuadi, 2015:220).

Penutup

Berfikir secara materialisme merupakan segala sesuatu yang dianggap berlebihan. Pemikiran yang dilandaskan dengan menitikfokuskan ide dengan materi yang dimiliki menjadikan banyak dari sebagian orang mencari kemudahan dalam melakukan segala hal dengan harta yang dimiliki walaupun hal tersebut belum dinilai baik maupun buruknya. Segala ide maupun pemikiran yang dimiliki selalu dikaitkan dengan materi yang ada didalamnya sebagai penguat ide tersebut.

Penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari tentu memberikan dampak besar bagi seluruh masyarakat Indonesia selama sejarah peradaban manusia khususnya di bidang pendidikan sendiri. Salah satu diantaranya tentang kedudukan siswa yang tidak bisa bebas dan selalu dikaitkan dengan materi dan penguatan dari luar sehingga siswa dituntut untuk bisa melakukan sesuai dengan materi yang telah ditetapkan. Tentu peran guru disini sangat penting dalam memberikan yang terbaik bagi siswanya (Anacitra, 2014).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun