Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Brawijaya, dari Putri Cina hingga Sandyakala Majapahit

17 Februari 2020   08:42 Diperbarui: 17 Februari 2020   08:47 2195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai hamba Majapahit, Adipati Terung berangkat ke Kadipaten Bintara bersama pasukannya. Setiba di Kadipaten Bintara, Adipati Terung mendapatkan jawaban dari Raden Patah bahwa ia akan mbalela (membelot) dari Majapahit. Karena di mata Raden Patah, Brawijaya telah dianggap sebagai raja kafir.

Apa yang dikatakan Raden Patah memang benar adanya. Kepada Majapahit, Raden Patah telah mbalela. Bahkan dengan dukungan dari Arya Teja dari Tuban, Sunan Ampeldenta, Sunan Giri Parapen, Arya Baribin dari Madura, dan Adipati Surabaya; Raden Patah dan pasukan sekutunya mengkudeta kekuasaan Brawijaya dan membumihanguskan istana Majapahit.

Sungguhpun istana Majapahit telah dibumihanguskan oleh pasukan sekutu Demak, Ampeldenta, Giri, Madura, dan Surabaya; namun Prabu Brawijaya beserta para abdi setianya dapat meloloskan diri dari kepungan musuh. Mereka bercerai-berai meninggalkan Majapahit. Menuju tempat-tempat yang mereka anggap aman.

Sesudah Majapahit mengalami keruntuhannya, status Kadipaten Demak Bintara meningkat menjadi Kesultanan Demak Bintara. Raden Patah yang merupakan putra kandung Prabu Brawijaya dari Putri Cina itu dinobatkan sebagai raja pertama bergelar Senapati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Sementara, Ki Gede Wanalapa dinobatkan sebagai Patih Amangkurat. [Sri Wintala Achmad]

Sumber: Babad Tanah Jawa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun