Sebagai hamba Majapahit, Adipati Terung berangkat ke Kadipaten Bintara bersama pasukannya. Setiba di Kadipaten Bintara, Adipati Terung mendapatkan jawaban dari Raden Patah bahwa ia akan mbalela (membelot) dari Majapahit. Karena di mata Raden Patah, Brawijaya telah dianggap sebagai raja kafir.
Apa yang dikatakan Raden Patah memang benar adanya. Kepada Majapahit, Raden Patah telah mbalela. Bahkan dengan dukungan dari Arya Teja dari Tuban, Sunan Ampeldenta, Sunan Giri Parapen, Arya Baribin dari Madura, dan Adipati Surabaya; Raden Patah dan pasukan sekutunya mengkudeta kekuasaan Brawijaya dan membumihanguskan istana Majapahit.
Sungguhpun istana Majapahit telah dibumihanguskan oleh pasukan sekutu Demak, Ampeldenta, Giri, Madura, dan Surabaya; namun Prabu Brawijaya beserta para abdi setianya dapat meloloskan diri dari kepungan musuh. Mereka bercerai-berai meninggalkan Majapahit. Menuju tempat-tempat yang mereka anggap aman.
Sesudah Majapahit mengalami keruntuhannya, status Kadipaten Demak Bintara meningkat menjadi Kesultanan Demak Bintara. Raden Patah yang merupakan putra kandung Prabu Brawijaya dari Putri Cina itu dinobatkan sebagai raja pertama bergelar Senapati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Sementara, Ki Gede Wanalapa dinobatkan sebagai Patih Amangkurat. [Sri Wintala Achmad]
Sumber: Babad Tanah Jawa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H