Sejak pemerintahan Sultan Arifin Muningsyah, Pagaruyung mulai mengalami masa surut. Daerah-daerah di pesisir barat berhasil dikuasai Aceh, sedangkan nderapura telah menjadi kerajaan merdeka. Hingga saat pecah Perang Padri, Sultan Arifin Muningsyah meninggalkan istana menuju Lubuk Jambi.
Pagaruyung benar-benar mengalami kehancurannya ketika Sultan Tangkal Alam Bagagar yang mendapatkan dukungan kaum adat dan kaum padri berhasil dihancurkan oleh Belanda. Sultan Tangkal Alam Bagagar berhasil ditangkap di Batu Sangkar (2 Mei 1833) dan dibuang di Batavia.
Kesultanan Samudra Pasai
BERDASARKAN Hikayat Raja-Raja Pasai, Kesultanan Samudra Pasai yang dikenal dengan Kesultanan Pasai atau Kesultanan Samudra Darussalam didirikan oleh Marah Silu (Sultan Malik as-Saleh) sekitar tahun 1267. Suatu pendapat mengatakan bahwa Kesultanan Samudra Pasai terletak di Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Aceh, Indonesia.
Kesultanan Samudra Pasai berusia sekitar 254 tahun yakni dari tahun 1267 hingga 1521. Pada tahun 1345 dan 1350, Samudra Pasai yang waktu itu dipimpin Sultan Ahmad Malik az-Zahir mendapatkan serangan dari Majapahit hingga mengalami kelumpuhannya.
Di masa pemerintahan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir (1383-1405), Kesultanan Samudra Pasai mengalami kebangkitan. Akan tetapi, Namun Samudra Pasai mengalami keruntuhannya sesudah mendapat serangan dari Portugis pada tahun 1521.
Kesultanan Aceh Darussalam
PADA tahun 1360, Kesultanan Aceh Darussalam didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Semasa pemerintahannya, Aceh Darussalam hanya menguasai wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar. Namun lambat-laun, Sultan Ali Mughayat Syah berhasil menyatukan seluruh wilayah Aceh.
Kesultanan Aceh Darussalam mengalami puncak kejayaannya semasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1590-1636). Di masa itu, Aceh Darussalam menjadi salah satu pusat perdagangan yang sangat ramai di wilayah Asia Tenggara.
Semasa VOC masuk wilayah Nusantara, Kesultanan Aceh Darussalam perlahan-lahan mengalami masa surut. Selain itu, masa surut Aceh Darussalam pula dipicu oleh perang saudara antara Tuanku Sulaiman dengan Tuanku Ibrahim (Sultan Mansur Syah) di dalam memerebutkan tahta kekuasaan. Aceh Darussalam benar-benar mengalami kehancurannya sesudah mendapatkan serangan dari Belanda pada bulan Maret 1873.
Kesultanan Siak Sri Inderapura
KESULTANAN Siak Sri Inderapura merupakan Kerajaan Melayu Islam yang berdiri di Kabupaten Siak, Riau. Berdasarkan catatan sejarah, Siak Sri Inderapura didirikan di Buantan oleh Raja Kecil (putra Sultan Mahmud Shah dari Kesultanan Johor yang melarikan diri ke Pagaruyung bersama ibundanya Encik Apong). Sesudah mendirikan Kesultanan Siak Inderapura, Raja Kecil menobatkan diri sebagai raja bergelar Sultan Abdul Jalil pada tahun 1723.
Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak Sri Inderapura muncul sebagai kerajaan bahari yang kuat dan diperhitungkan di pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaya. Jangkauan terjauh pengaruh Kesultanan Siak Sri Inderapura sampai ke Sambas (Kalimantan Barat).
Kesultanan Siak Sri Inderapura mengalami masa surut sesudah perjanjian dengan pemerintahan Hindia yang ditandatangani pada tanggal 26 Juli 1873. Perjanjian itu menyatakan, bahwa Sultan Siak harus menyerahkan wilayah Bengkalis kepada Residen Riau. Namun di tengah tekanan tersebut, Kesultanan Siak Sri Inderapura masih mampu bertahan sampai kemerdekaan Indonesia.