Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Genderuwo Pantai Pandansima

3 September 2019   04:20 Diperbarui: 3 September 2019   04:28 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://manaberita.com 

"Lho.... Kok nyubit, Mbak?"

"Rasain. Mas Bambang sukanya garapi orang sih."

"Ha..., ha..., ha...," Bambang tertawa lepas. "Oh ya, Mbak Dar. Boleh kopinya aku bawa ke tepi pantai. Aku mau menikmati kopi sambil melaras angin malam."

"Ditemani nggak?"

"Nggak usah, Mbak. Aku mau menyendiri. Menghilangkan rasa sumpek sesudah berhari-hari disibukkan dengan urusan pekerjaan."

"Ya, sana! Menyendirilah! Tapi, jangan sampai tergoda dengan mbak-mbaknya yang suka nongkrong di tepi pantai ya!"

Tanpa melontarkan jawaban pada Darsini, Bambang yang membawa secangkir kopi, sebungkus sigaret, dan korek gasnya itu menuju tepian pantai. Setiba di tempat yang dirasa tepat, Bambang merebahkan tubuh di atas hamparan pasir sambil menikmati suasana pantai yang menebarkan udara dingin.

Selagi khayalannya membumbung tinggi, Bambang disapa seorang lelaki yang menyerupai Dibya kawannya. "Mbang! Datang ke Pandansima tidak ajak-ajak. Tapi karena kepekaan feelingku, aku yang sejak sore di Parangkusuma, menyusulmu ke sini."

"Sorry, aku tadi tidak mengajakmu." Bambang bangkit dari hamparan pasir yang menjadi ranjangnya. "Oh, ya. Tadi, Mbak Darsini menanyakanmu."

"Yang benar?"

"Sumpah. Demi Allah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun