Menyadari bahwa tari merupakan seni kolektif, Agus mendirikan sanggar Giyan Lakshita. Melalui anggota sanggar, Agus mengekspresikan karyanya pada masyarakat luas.Â
Karena masyarakat masih terbebani dengan persoalan ekonomi yang membuatnya susah, Agus mengarahkan karyanya sebagai jalinan persaudaraan serta mengajak publik untuk merasakan keceriaan dan kebahagiaan.
Berpijak dari kredonya "Berkarya seni tari untuk mengajak orang lain merasakan keceriaan dan kebahagiaan", Agus menekankan bahwa corak karya tari yang digarapnya a cenderung menampilkan suasana keceriaan hidup. Dikarenakan hidup itu sudah susah, maka karya harus memberikan keceriaan dan kegembiraan baik pada penari maupun penonton.
Berorientasi pada konsepnya yakni "Seni tari sebagai media interaksi sosial," Agus tidak berkarya secara individual, melainkan melibatkan ekologi kreatif dari komunitas dan pergaulan dengan spirit mengembangkan dan bukan sekadar melestarikan budaya tradisi.Â
Dengan tidak meninggalkan interaksi sosial, kehadiran Agus dapat diterima oleh publik. Karya-karya yang digubahnya dan dibawakan oleh para penari mendapatkan apresiasi publik. Tidak heran, kalau karya-karyanya berulangkali menyabet kejuaraan dalam festival atau lomba tari baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional.
Dari Kewajiban Pemerintah hingga Pasar
SEBAGAI insan seni-budaya, Agus memberikan pandangan mengenai kewajiban pemerintah, peran pendidikan, dan pasar yang berkaitan dengan kesenian.
Menurut Agus bahwa kewajiban pemerintah yang ideal terhadap kehidupan kesenian di Cilacap, yakni: pertama, sebagai mediator antar seniman. Kedua, seyogianya menyelenggarakan event yang diikuti para seniman dari berbagai keahlian dan disiplin.Â
Ketiga, seyogianya membangun gedung kesenian yang memadahi. Keempat, seyogianya menggelar pertemuan dengan seniman guna membahas kemajuan kesenian di daerah.
Menyinggung mengenai perbedaan seniman yang dilahirkan oleh pendidikan seni dan lahir secara otodidak, Agus berpendapat, "Seorang seniman yang lahir dari pendidikan seni akan mengalami proses kehalusan dalam karya-karyanya. Sementara, karya-karya seniman otodidak cenderung merefleksikan keadaan jiwa dan emosinya."Â
Terakhir, Agus menyinggung mengenai pasar seni tari. Menurut Agus, kesenian tradisonal (terutama, seni tari) lebih dapat dilihat proporsional ketimbang kesenian modern. Semisal, seni tari dengan organ tunggal.Â