Terdapat banyak genre kesenian tradisi di Nusantara yang masih dapat dilacak jejaknya. Kesenian-kesenian tradisi tersebut tidak hanya berupa seni tari, namun pula seni musik, seni rupa, seni sastra, seni teater, dan khususnya seni wayang. Sebuah kesenian yang memiliki banyak unsur, antara lain: musik, sastra, rupa, teater, dan tari. Dengan demikian seni wayang dapat dikatakan sebagai mother of arts.
Wayang merupakan salah satu kesenian tradisi Nusantara yang sampai sekarang masih menghiruphembuskan napas kehidupannya, terutama di wilayah Bali, Sunda, dan Jawa. Khususnya di Jawa, seni wayang memiliki berbagai genre, antara lain: wayang golek (wayang tengul), wayang beber, wayang wong, wayang klitik, dan wayang kulit. Berdasarkan ceritanya, wayang kulit masih dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain: wayang kancil, wayang wahyu, wayang purwa, dll.
Diketahui bahwa kehidupan seni tradisi wayang purwa yang masih eksis di Jawa itu menceritakan tentang kisah dalam wiracarita Ramayana gubahan Resi Walmiki dan wiracarita Mahabarata karya Resi Wiyasa. Bila dibandingan dengan kisah Ramayana, kisah Mahabarata lebih mengalami perkembangan yang luar biasa. Bahkan melalui para dalang, kisah dalam Mahabarata dijadikan sumber untuk menggubah cerita-cerita baru yang diistilahkan dengan cerita carangan.
Makna Simbolik Setiap Unsur Pertunjukan WayangÂ
Di dalam pertunjukan seni wayang purwa, setiap penonton akan menyaksikan blencong, kelir, dalang, wiraswara, sinden, wiyaga, dan gamelan, dan wayang. Dari setiap unsur dalam pertunjukan wayang purwa itu memiliki makna simbolik. Berikut adalahmakna simbolik dari setiap unsur dalam pertunjukan wayang:
Blencong
Blencong (lampu untuk pertunjukan wayang di malam hari) yang digantung di atas kepala dalang untuk memberikan pencahayaan pada kelir bermakna simbolik sebagai cahaya kehidupan atau matahari bagi dunia. Dengan demikian, blencong yang menyala itu memberikan petunjuk bahwa kehidupan tengah berlangsung. Bila blencong padam, maka berakhirlah kehidupan.
Kelir
Kelir adalah layar putih yang membentang di antara dua deretan wayang. Pada kelir tersebut, seorang dalang akan memainkan wayang-wayang. Secara simbolik, kelir bermakna sebagai alam dunia, dimana seluruh wayang (seluruh makhluk hidup ciptaan Tuhan, antara lain: manusia, binatang, atau tumbuhan) tengah melakukan aktivitasnya atau melangsungkan kehidupannya.
Dalang