Dalang adalah seorang yang memainkan wayang-wayang pada sebentang kelir. Secara simbolik, dalang dimaknai sebagai penggerak kehidupan wayang-wayang. Dengan demikian, dalang dapat dimaknai sebagai roh (rah/darah) atau nyawa (hawa) yang menggerakkan raga (wayang). Namun terdapat persepsi lain yang mengatakan, bahwa dalang disimbolkan sebagai tuhan terhadap wayang-wayang yang merupakan simbol makhluk ciptaannya.
Wiraswara, Sinden, Wiyaga, dan Gamelan
Wiraswara, Sinden, Wiyaga, dan Gamelan dalam pertunjukkan wayang purwa tidak memiliki makna khusus secara simbolik. Sekalipun keberadaan Wiraswara, Sinden, Wiyaga, dan Gamelan hanya sebagai pelengkap sekunder dalam pertunjukan wayang purwa; namun dapat menjadi faktor pemikat pada setiap penonton. Dengan demikian; Wiraswara, Sinden, Wiyaga, dan Gamelan dapat dimaknai sebagai garam di dalam kehidupan wayang.
Wayang
Wayang adalah boneka-boneka yang dibuat dari kulit kerbau. Melalui seorang dalang, wayang-wayang tersebut dimainkan dengan latar belakang kelir di panggung kehidupannya. Wayang dimaknai sebagai bayangan yang dapat ditangkap oleh penonton dari belakang kelir. Namun dalam perkembangannya, pertunjukan wayang ketika dimainkan kini disaksikan oleh penonton dari depan kelir. Sehingga wayang tidak lagi dimaknai sebagai bayangan, melainkan figur makhluk Tuhan itu sendiri.
Wayang sebagai Teladan
Melalui wiracarita Ramayana dan Mahabarata dapat diketahui bahwa wayang merupakan simbol dari makhluk Tuhan (salah satunya manusia) yang berkarakter baik (protagonis) dan berkarakter jahat (antagonis). Di dalam naskah Ramayana, wayang-wayang yang berkarakter baik adalah pengikut Rama Wijaya (Raja Ayodia).Â
Sebaliknya, para pengikut Rahwana (Raja Alengka) diklaim memiliki karakter jahat. Sekalipun beberapa pihak mengatakan, bahwa kedua adik Rahwana yakni Kumbakarna dan Wibisana berkarakter baik tidak sebagaimana Sarpakenaka.
Sementara dalam naskah Mahabarata, wayang yang berkarakter baik diklaim sebagai pengikut Pandawa (Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa) dari Amarta.Â
Sebaliknya, wayang berkarakter jahat adalah pengikut Korawa (Duryudana dan 99 adiknya) dari Hastinapura. Sekalipun terdapat tiga tokoh yang berpihak pada Hastinapura seperti Resi Bisma, Baladewa, dan Karna berkarakter baik.
Berangkat dari setiap tokoh wayang memiliki karakter, maka pertunjukan wayang memiliki tujuan tidak hanya sebagai tontonan (hiburan), namun pula sebagai tuntunan (pembelajaran) yang sarat dengan tatanan (pakem) bagi setiap penonton.