MASYARAKAT, terutama di Jawa, tidak dapat dilepaskan dengan tradisi tutur (lisan) dan tradisi dengar. Tradisi ini terus berlangsung sebelum masyarakat memasuki dunia pendidikan formal paska era kolonial. Di mana, masyarakat mulai banyak yang bersentuhan dengan tradisi tulis dan baca.
Sebelum tradisi tulis dan baca mengalami perkembangan, masyarakat cenderung dikungkung dengan tradisi tutur dan dengar. Pendapat ini dapat ditunjukkan bahwa dongeng dan mitos mengalami perkembangan pada masa lalu.
Sementara pihak pendongeng dan pencerita serta pendengarnya tidak melakukan kritisi terhadap isi dongeng atau mitos tersebut. Akibat paling buruk yakni menerima dongeng atau mitos yang berkaitan sejarah dianggap sebagai fakta.
Seirama perkembangan zaman, masyarakat modern yang bersentuhan dengan tradisi baca dan tulis mulai kritis terhadap dongeng atau mitos.
Sehingga, masyarakat mulai dapat membedakan mana dongeng atau mitos dan mana sejarah. Mana sejarah yang dicampuradukkan dengan dongeng atau mitos dan mana sejarah yang dilepaskan dari dongeng atau mitos sesudah mengalami kajian dan analisa kritis yang mendalam.
Tentu saja, analisa tersebut berdasarkan sumber-sumber sejarah dan teori-teori dari para sejarawan terpercaya.
Pencampuradukan antara dongeng atau mitos dengan sejarah cenderung berkaitan dengan kerajaan-kerajaan yang timbul pada masa silam, salah satunya Kerajaan Majapahit atau Wilwatikta. Akibat tradisi lisan dan tradisi dengar yang tidak disertai kritisi cerdas, yakni masyarakat cenderung memercayai dongeng atau mitos Majapahit ketimbang fakta sejarahnya. Karenanya perlu dijelaskan mengenai fakta sejarah di balik dongeng atau mitos Majapahit.
Makar
Makar identik atau bersinonim dengan kata pemberontakan atau kudeta. Pada umumnya, makar dilakukan oleh rakyat, punggawa negara, kerabat raja (pemimpin negara) baik dilakukan secara perseorangan maupun kelompok terhadap raja yang tengah berkuasa.
Tujuan makar sangat bervariasi. Bila rakyat yang melakukan makar, raja (pimpinan negara) tidak memberikan keadilan, kemakmuran, atau kesejahteraan. Sehngga makar di sini dapat dimaknai sebagai bentuk protes yang dilakukan secara massal dan sering menggunakan kekerasan atau senjata.
Tujuan makar ini untuk menggulingkan kekuasssaan raja lama dan menggantikannya dengan raja baru yang diharapkan dapat mengentaskan keterpurukan nasib rakyat.