Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menggugat Serat Pranitiradya Soal Brawijaya

23 Juni 2019   11:43 Diperbarui: 23 Juni 2019   12:08 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila mengacu pada Serat Pranitiradya, urutan raja-raja Majapahit adalah Jaka Sesuruh (Prabu Bratana), Prabu Brakumara, Prabu Brawijaya I, Ratu Ayu Kencanawungu, Prabu Brawijaya II, Prabu Brawijaya III, Prabu Brawijaya IV, dan Prabu Brawijaya V.

Sementara fakta sejarah menyebutkan bahwa raja-raja Majapahit adalah Dyah Wijaya, Jayanagara, Tribhuwana Wijayatunggadewi, Hayam Wuruk, Wikramawardhana, Sri Suhita, Dyah Kertawijaya, Rajasawardhana Dyah Wijayakumara, Girishawardhana Dyah Samarawijaya, Bhre Kertabhumi, dan Girindrawardhana Dyah Ranawijaya. Lebih jauh tilik tabel: Nama, Gelar, dan Masa Pemerintahan Raja-Raja Majapahit di bawah ini:

Urutan Raja-Raja Majapahit (Dok. Pribadi)
Urutan Raja-Raja Majapahit (Dok. Pribadi)

Bila dibandingkan dengan fakta sejarahnya, penyebutan raja-raja Majapahit versi Serat Pranitriradya terkesan sekadar karangan dan tidak benar. Pendapat ini berdasarkan analisa, sebagai berikut:

Bila Bhrawijaya memiliki makna Bhathra, Baginda, atau Raja Wijaya; seharusnya Dyah Wijaya sebagai Brawijaya pertama.  Tetapi naskah tersebut justru menyebut Dyah Wijaya sebagai Jaka Sesuruh atau Prabu Bratana.

Bila para penguasa Majapahit yang menggunakan gelar Bhawijaya (Bhra Wijaya) sejumlah lima raja, namun fakta sejarahnya sebanyak enam raja, yakni: Dyah Wijaya, Tribhuwana Wijaya-tunggadewi, Kerta-wijaya, Rasajawardhana Dyah Wijayakumara, Girishawardhana Dyah Samarawijaya, dan Girindrawardhana Dyah Ranawijaya. Sementara, Dyah Wijaya dan Tribhuwana Wijaya Tunggadewi tidak termasuk Brawijaya I sampai V.

Sebagaimana Babad Tanah Jawa dan Serat Darmagandhul, Serat Pranitiradya pula memiliki penafsiran yang salah tentang Brawijaya V yang diidentikkan dengan Bhre Kertabhumi. Karena selain tidak memiliki unsur nama Wijaya, Bhre Kertabhumi bukan Raja Majapahit terakhir, melainkan Girindrawardhana Dyah Ranawijaya.

Berpijak pada penjelasan di muka, Serat Pranitiradya tidak bisa dianggap sebagai sumber terpercaya mengenai sejarah Majapahit. Dikarenakan naskah tersebut bernuansa fiktif yang setara dengan Babad Tanah Jawa, Serat Darmagandhul, dan Serat Kandha. 

Dinyatakan demikian, karena naskah-naskah tersebut di dalam meriwayatkan Majapahit tidak bersumber pada fakta sejarah, melainkan dari karangan dan tutur tinular di lingkup masyarakat.[Sri Wintala Achmad]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun