Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Suharno (Hari Sulap): Profesi Pesulap Keliling sebagai Pelabuhan Terakhir

16 Juni 2019   05:37 Diperbarui: 16 Juni 2019   05:49 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://satelitpost.com 

Banyaknya surat bukti tersebut menunjukkan bahwa banyak kepala sekolah yang mengizinkan Hari Sulap untuk bermain sulap di halaman sekolahnya. Sungguhpun demikian, terdapat beberapa kepala sekolah menolak Hari Sulap untuk bermain sulap di lingkungan sekolahnya. Mengingat mereka menganggap bahwa sulap merupakan pangejawantahan ilmu sihir, ilmu setan, atau ilmu jin yang tidak pantas untuk disaksikan oleh para siswanya.  

Bagi Hari Sulap, penolakan dari kepala sekolah untuk bermain sulap di lingkungan sekolahnya tidak pernah diambil hati. Hari Sulap menyadari bahwa tidak semua kepala sekolah memiliki pengetahuan bahwa sulap dapat membangkitkan daya kritis, meningkatkan kecepatan motorik, serta menggugah spirit belajar ilmu biologi, kimia, fisika, dan psikologi pada semua siswa. Selain itu, Hari Sulap memaklumi bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan tidak semua orang menerimanya.

Terlepas mengenai apakah pemainan sulapnya diterima atau ditolak oleh pihak sekolah, Hari Sulap akan terus bermain sulap kepada anak-anak. Karena selain menjadi darah-dagingnya dan sebagai kail untuk mendapatkan rezeki dari Tuhan, sulap telah dijadikan Hari Sulap sebagai media berbagi kegembiraan dan pengetahuan kepada anak-anak. Ini merupakan satu-satunya buah termanis yang tidak ternilai harganya. Lebih mahal dari emas atau permata.           

Berangkat dari pemahaman inilah, Hari Sulap akan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas sulapnya. Karena dengan demikian, Hari Sulap akan diterima di berbagai kalangan. Bukan hanya di kalangan anak-anak Sekolah Dasar, namun di kalangan masyarakat umum. Mengingat sulap telah menjadi media hiburan alternatif masyarakat di tengah era perekonomian dan politik yang tengah terpuruk.

Karena sulap telah memberikan kontribusi yang besar terhadap kehidupan serta nutrisi bagi raga dan jiwanya, Hari Sulap tidak ingin meninggalkan profesinya sebagai pesulap keliling. Pengertian lain, Hari Sulap ingin menjadikan sulap sebagai pelabuhan terakhir dari petualangan hidupnya yang sangat panjang dan melelahkan. [Sri Wintala Achmad]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun