Banyaknya surat bukti tersebut menunjukkan bahwa banyak kepala sekolah yang mengizinkan Hari Sulap untuk bermain sulap di halaman sekolahnya. Sungguhpun demikian, terdapat beberapa kepala sekolah menolak Hari Sulap untuk bermain sulap di lingkungan sekolahnya. Mengingat mereka menganggap bahwa sulap merupakan pangejawantahan ilmu sihir, ilmu setan, atau ilmu jin yang tidak pantas untuk disaksikan oleh para siswanya. Â
Bagi Hari Sulap, penolakan dari kepala sekolah untuk bermain sulap di lingkungan sekolahnya tidak pernah diambil hati. Hari Sulap menyadari bahwa tidak semua kepala sekolah memiliki pengetahuan bahwa sulap dapat membangkitkan daya kritis, meningkatkan kecepatan motorik, serta menggugah spirit belajar ilmu biologi, kimia, fisika, dan psikologi pada semua siswa. Selain itu, Hari Sulap memaklumi bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan tidak semua orang menerimanya.
Terlepas mengenai apakah pemainan sulapnya diterima atau ditolak oleh pihak sekolah, Hari Sulap akan terus bermain sulap kepada anak-anak. Karena selain menjadi darah-dagingnya dan sebagai kail untuk mendapatkan rezeki dari Tuhan, sulap telah dijadikan Hari Sulap sebagai media berbagi kegembiraan dan pengetahuan kepada anak-anak. Ini merupakan satu-satunya buah termanis yang tidak ternilai harganya. Lebih mahal dari emas atau permata. Â Â Â Â Â Â
Berangkat dari pemahaman inilah, Hari Sulap akan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas sulapnya. Karena dengan demikian, Hari Sulap akan diterima di berbagai kalangan. Bukan hanya di kalangan anak-anak Sekolah Dasar, namun di kalangan masyarakat umum. Mengingat sulap telah menjadi media hiburan alternatif masyarakat di tengah era perekonomian dan politik yang tengah terpuruk.
Karena sulap telah memberikan kontribusi yang besar terhadap kehidupan serta nutrisi bagi raga dan jiwanya, Hari Sulap tidak ingin meninggalkan profesinya sebagai pesulap keliling. Pengertian lain, Hari Sulap ingin menjadikan sulap sebagai pelabuhan terakhir dari petualangan hidupnya yang sangat panjang dan melelahkan. [Sri Wintala Achmad]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H