Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Keistimewaan Malam Ramadhan dalam Persepsi Penyair

10 Juni 2018   23:47 Diperbarui: 11 Juni 2018   00:12 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BAGI seluruh umat Islam, Ramadhan dianggap sebagai bulan suci penuh berkah. Karena pada bulan itu, mereka beribadah puasa yang ditujukan sebagai laku pencucian dosa agar kembali pada kesucian (fitri). Serupa bayi yang baru saja dilahirkan ibunya di muka bumi.

Karena dianggap waku paling tepat untuk mencuci dosa, kehadiran Ramadhan sangat istimewa. Keistimewaannya tidak hanya siang hari, namun pula malam hari. Waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat, namun dimanfaatkan untuk beribadah, semisal: tarawih, salat malam, tadarus al-Qur'an, berdzikir, atau berdoa pada Allah.

Malam Ramadhan dalam Kontemplasi Puitik

Malam Ramadhan bukan hanya dimaknai oleh sebagian penyair sebagai waktu untuk berserah diri pada Allah, melainkan pula sebagai waktu untuk melakukan kontemplasi puitik. Sehingga malam Ramadhan disimbolkan sebagai lautan inspirasi untuk menjala ide dalam menggubah puisi yang merefleksikan hubungan transendental (insan dan Khaliq-nya).

Sebagaimana para penyair, saya pun sangat tertarik untuk menangkap hakikat keistimewaan malam Ramadhan ke dalam kontemplasi puitik. Sehingga lahirlah puisi MALAM RAMADHAN yang melukiskan perihal hubungan transendental yang dapat dicapai melalui ibadah selama bulan suci Ramadhan. Ibadah yang dapat dimaknai sebagai jembatan yang memersuakan insan dengan Tuhan-nya.

Puisi Malam Ramadhan  yang merupakan revisi dari tiga puisi: Sepuluh Hari Malam Ramadhan Pertama, Malam Ramadhan /1/, dan Malam Ramadhan /2/ yang mencerminkan kontemplasi selama bulan suci Ramadhan tersebut dikutip, sebagai berikut:

dok. pribadi
dok. pribadi
Pada gatra /1/ puisi Malam Ramadhan, tersirat makna bahwa zikir yang dilafalkan umat Islam pada malam Ramadhan niscaya menjadi penopang jiwa saat berpuasa. Sehingga dahaga dan lapar bukan sebagai siksaan, melainkan rahmat Allah yang memberikan kesentosaan jiwa atas segala cobaan. Hingga puasa yang dituntaskan membawa berkah di kemudian.

Pada gatra /2/ puisi Malam Ramadhan, makna yang terimpresikan bawha doa yang dilafalkan umat Islam pada malam Ramadhan niscaya menjadi kunci surga. Hingga ketika mendapat surga Allah, umat Islam tidak akan menjadi penghuni neraka. Suatu tempat yang sering diidentikkan oleh sebagian kaum dengan alam dunia. Alam yang penuh siksaan, duka-cita, dan ketidaktentraman.

Pada gatra /3/ puisi Malam Ramadhan, makna yang tercerap bahwa beribadah pada bulan suci Ramadhan diibaratkan dengan mendaki puncak Thursina (anugerah Allah tertinggi). Suatu anugerah berupa ampunan Allah atas dosa umat Islam selama seribu bulan. Hingga umat Islam yang mendapat Lailatul Qadar niscaya telah menyempurnakan ibadahnya. Karenanya, Ia tidak ingin berbuat dosa lagi di dunia.

Berpeluang Mendapat Lailatul Qadar

KESELURUHAN paparan di muka sekadar menandaskan bahwa malam Ramadhan merupakan malam istimewa. Pendapat ini bukan hanya diungkapkan oleh umat Islam, namun pula dirasakan oleh  sebagian penyair (termasuk saya) yang sering dijuluki sebagai "Sahabat Malam".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun