Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menangkap Ajaran Bijak "Kakawin Sutasoma"

9 April 2018   10:26 Diperbarui: 9 April 2018   10:29 1668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.inquiriesjournal.com

Juru masak pergi ke kuburan untuk memotong paha mayat, memasak, dan menyajikannya pada Kalmasapada. Karena reinkarnasi raksasa, Kalmasapada sangat senang menyantap masakan yang nikmat itu. 

Kalmasapada kemudian bertanya pada juru masak tentang daging yang dimasaknya. Karena diancam, juru masak itu mengaku bahwa daging yang dimasak adalah daging manusia. Sejak itu, Kalmasapada suka makan daging manusia. Karena Kalmasapada harus memangsa daging manusia setiap harinya, maka lambat laun seluruh rakyatnya habis. Sebagian menjadi mangsa raja itu. Sebagian lainnya meninggalkan kerajaan karena takut menjadi mangsa Kalmasapada."

Selang beberapa saat, para pendeta itu meminta pada Sutasoma untuk membunuh Kalmasapada. Namun, Sutasoma tidak bersedia. Sesudah keluar dari pertapaan, Sutasoma melanjutkan perjalanan. 

Di tengah perjalanan, Sutasoma bertemu dengan manusia berkepala gajah dan naga yang ingin membunuhnya. Namun berkat perlindungan dari sang Buddha, Sutasoma dapat menaklukkan kedua makluk itu. Sutasoma kemudian bertemu dengan seekor harimau betina lapar yang ingin memangsa anaknya sendiri. Sekalipun Sutasoma melarangnya, harimau itu bersikeras untuk memangsa anaknya. Karenanya, Sutasoma menawarkan dirinya untuk dimakan harimau itu. 

Harimau sontak menerkam Sutasoma dan menghisap darahnya. Sesudah merasa terpuaskan dengan darah Sutasoma, harimau itu menyesali perbuatan buruknya. Lalu datanglah Bhatara Indra yang bermaksud menghidupkan Sutasoma. Arkian harimau menjadi pengikut Sutasoma yang kemudian melanjutkan perjalanannya.

Di tengah perjalanan, Sutasoma bertemu dengan Dasabahu yang tengah bertanding melawan Kalmasapada. Tanpa ragu-ragu, Sutasoma menghampiri Kalmasapada yang ingin menyajikan 100 raja untuk Bhatara Kala. Kepada Kalmasapada, Sutasoma menyatakan bersedika sebagai sajian Kala. Asalkan 100 raja itu dilepaskan. Mendengar pernyataan tulus dari Sutasoma, Kalmasapada yang terharu kemudian melepaskan 100 raja. Kalmasapada bertobat atas kesalahannya.

Sesudah keadaan membaik, Sutasoma meminta pamit pada Kalmasapada. Bersama Dasabahu, Sutasoma melangkahkan kaki menuju Hastina. Setiba di Hastina, Sutasoma dinikahkan dengan puteri Prabu Dasabahu. Selain itu, Sutasoma kelak dinobatkan sebagai raja Hastina.

B. Ajaran Kearifan dalam Kakawin Sutasoma

Kakawin Sutasoma yang merupakan gubahan Mpu Tantular tersebut sangat dikenal oleh bangsa Indonesia hingga sekarang. Karena di dalam karya yang menyebutkan kalimat: "... bhinneka tunggal ika tan hanadharmma mangrowa" memberikan spirit nasionalisme di bumi Nusantara. Suatu wilayah yang dihuni oleh umat dari berbagai suku, agama, dan ras.

Di samping mengandung ajaran di muka, Kakawin Sutasoma memberikan ajaran-ajaran kearifan yang bersumber dari perjalanan Sutasoma. Putra prabu Mahaketu raja Hastina yang sebelum menjabat sebagai raja telah melakukan pengembaraan. Suatu laku untuk mendapatkan ilmu, pengetahuan, dan pengalaman. Berikut adalah ajaran-ajaran kearifan dalam Kakawin Sutasoma:

1. Berprihatin merupakan kunci hidup mulia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun