Wajah Nadya sontak senampak bentangan langit resik sesudah menderaskan hujan. "Dapatkah aku pegang kata-katamu, Bang?"
Bram tersenyum tipis sebelum mengeluarkan Android dari saku jaketnya. Sambil menyodorkan Android-nya di depan Nadya, Bram berkata, "Baca sendiri pesan WA dari Mama!"
Membaca pesan WA dari ibunya, Nadya dalam keharuan. Nadya merasa kalau Idul Fitri yang segera tiba akan menjadi berkah bagai hujan pertama di ujung kemarau. Berkah yang akan memertemukan kembali antara Nadya dengan Annemie. Kebahagiaan yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
***
TAKBIR menggema di langit malam lebaran. Tidak sebagaimana Fandy dan Lily yang ikut takbiran di masjid, Nadya memilih di rumah. Memersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kedatangan Annemie yang akan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta jam 9 pagi. Memersiapkan ruang tidur khusus bagi ibunya dan membersihkan ruang tamu.
Sepulang Fandy dan Lily dari masjid, Nadya baru selesai menata ruang tamu. Melihat ada yang aneh pada Nadya, Fandy berseloroh. "Tak seperti malam-malam lebaran sebelumnya, sejak sore tadi kau tampak sibuk sekali? Memangnya akan ada tamu agung esok pagi?"
"Pertanyaanmu sudah mengandung jawaban, Fan."
"Maksudmu?"
"Besok pagi, Mama akan datang ke rumah."
"Tak mungkin. Mamamu yang sangat terhormat itu tak akan sudi datang di rumah kita. Ia sangat membenciku."
"Tidak, Fan. Mama yang telah salah menilaimu selama ini akan datang di rumah kita. Meminta maaf padamu."