Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ismail dan Kambing yang Dikorbankan

25 Maret 2018   10:48 Diperbarui: 25 Maret 2018   11:16 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak, Abah. Bukankah Abah pernah bilang, bahwa sebelum kambingku beranak tiga turunan tidak boleh dijual atau disembelih?"

Mendengar penuturan Ismail, Abah Ngali terdiam. Tidak ada yang perlu lagi untuk dikatakan. Dalam diam, Abah Ngali keluar dari kamar belajar anaknya. Selepas Abah Ngali, Ismail memungut bukunya. Membacanya kembali. Namun sebelum selesai membaca buku itu, Ismail tertidur di kursi. Kepalanya diletakkan di meja.

***

MINGGU pagi dua hari ambang 'idul adha, Ismail yang baru saja terbangun dari tidur itu menemui ayahnya. Kepada Abah Ngali yang tengah sibuk mengerjakan tugas sebagai pengurus ta'mir masjid untuk mendata orang-orang penyumbang hewan korban di kampung Ngudiluhur, Ismail mengatakan bahwa ia merelakan kambing jantannya untuk ikut dikorbankan.

"Apa aku tidak sedang bermimpi, Ismail?"

"Tidak, Abah. Aku merelakan kambing jantanku untuk dikorbankan di hari 'idul adha nanti. Karena menurut kakek tua berjubah sutera yang berkunjung di dalam mimpiku semalam, orang yang rela berkorban akan mendapatkan anugerah berlipat dari Tuhan."

"Bagus, anakku. Kalau begitu, namamu akan aku catat di buku data penyumbang hewan korban."

"Tak perlu, Abah. Aku menyumbangkan kambing jantanku dengan ikhlas."

Sebelum Abah Ngali melontarkan sepatah kata, Ismail keluar dari ruangan itu. Menuju kandang. Mengeluarkan kedua kambingnya untuk digembalakan di  tanah lapang dekat sungai. Selagi membaca buku budidaya kambing, seorang lelaki tua semirip lelaki berjubah sutera yang berkunjung dalam mimpi Ismail itu menghampirinya. "Kambing betinamu telah hamil, Ismail. Bersyukurlah pada Tuhan!"

"Benarkah, Kek?"

"Iya. Lihat perutnya yang mengembang!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun