Amsal Air
: Tanda selamat jalan
Sebagaimana kau, Galuh
Aku air yang mengalir dari puncak pagi
Untuk kembali menerjemahkan bahasa batu
Dan kurva sungai, hingga matahari
Mencadaskan segala derita yang
Musti kita panggul menuju lembah malam
Di mana, Tuhan akan memenuhi serangkai bintang
Yang dijanjikan sebelum tiba waktu istirah
Â
Amasal Sungai
Kepada muara sebagai tuhannya
Sementara aku: penyair yang
Senantiasa menginstalasikannya
Sebentuk puisi, hingga
Senasib para penyair lainnya yang
Berakhir terbentur di ruang-ruang paling sudut
: Dahaga bunuh diri lapar harakiri
Â
Sengir, Kokap Pagi Hari
Merekah seperti lotus yang
Hening di gelisah air mengalir
Kemilau di naungan matahari
Â
Ular dan serangga sebagai sahabatnya
Di dalam menerjemahkan waktu
Ke ruang perhelatan tanah liat, hingga
Peluh menjadi butiran embun musim kemarau
Â
Sepanjang jalan rumput membiru
Hangat dibuai angin yang turun dari puncak bukit
Menawarkan aroma napas hidupnya yang
Membuat kita enggan untuk segera pulang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H