Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenalkan Bahasa dan Sastra Jawa pada Anak-Anak

4 Maret 2018   22:02 Diperbarui: 4 Maret 2018   22:36 1057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang tua mengeluhkan anak-anaknya yang tidak bisa menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar. Baik, secara tutur kata dan etika di dalam mengomunikasikannya dengan lawan bicara. Benar, secara tata bahasa yang dibakukan oleh para leluhur (pewaris) bahasa Jawa.

Dalam hal ini, seyogianya kita tidak segera menyalahkan pihak orang tua, sekolah, dan terlebih anak-anak. Akan tetapi, introspeksi merupakan salah satu langkah bijak di dalam membimbing anak-anak untuk gemar menggunakan bahasa Jawa sebagai alat komunikasi yang baik dan benar.

Terdapat dua langkah cerdas yang harus ditempuh oleh pihak orang tua di dalam memberikan bimbingan kepada anak-anak agar gemar menggunakan bahasa Jawa, yakni: pertama, orang tua seyogianya tidak teramat bangga untuk mengenalkan bahasa Indonesia semata kepada anak-anak yang tinggal di lingkungan pergaulan masyarakat Jawa. Bahasa kedua yang seharusnya diajarkan sesudah anak-anak menguasai bahasa daerahnya.

Kedua, orang tua seyogianya menggunakan bahasa Jawa yang baik dan benar di dalam mengenalkan bahasa leluhurnya itu kepada anak-anak. Kalau langkah ini tidak ditempuh, jangan disalahkan apabila anak-anak akan menjadi generasi penerus yang asing dengan bahasa Jawa.

Di dalam membimbing anak-anak agar gemar menggunakan bahasa Jawa seharusnya tidak menunggu mereka sampai dewasa. Bimbingan tersebut hendaklah dimulai sejak anak-anak berusia antara 0-3 tahun. Karena menurut Masaru Ibuka dalam bukunya Kindergarten is Too Late, sel-sel otak manusia mulai berkembang 80 % selama tiga tahun pertama paska kelahiran. Pada usia ini, anak-anak memiliki daya serap cukup tinggi atas stimulasi dari luar.

Sumber: damniloveindonesia.com
Sumber: damniloveindonesia.com
Di samping orang tua, lembaga pendidikan formal (sekolah) memiliki peran penting di dalam mengembangkan kemampuan anak-anak di dalam berbahasa Jawa yang mengarah pada pengenalan sastra Jawa baik meliputi apresiasi maupun penciptaan. Lebih jauh, upaya ini tidak akan mengalami kendala berarti apabila orang tua memberikan pengetahuan berbahasa Jawa yang cukup.

Pengenalan sastra Jawa kepada anak-anak yang dilakukan oleh pihak sekolah seharusnya ditangani para tenaga ahli, semisal: sastrawan dan ahli sastra Jawa. Sehingga upaya tersebut dapat memberikan kemampauan bagi anak-anak yang mencakup teknik dan praktik penciptaan karya sastra Jawa, seperti geguritan atau cerkak (cerita cekak) sederhana.

Sumber: pulsk.com
Sumber: pulsk.com
Berdasarkan pandangan Ibuka, di mana anak-anak berusia 0-3 tahun memiliki daya serap tinggi atas stimulasi dari luar, maka upaya pengenalan sastra Jawa dapat dimulai sejak mereka duduk di bangku Taman Kanak-Kanak. Tidak perlu menunggu mereka duduk di bangku Sekolah Dasar.

Meskipun demikian hal yang perlu diperhatikan, bahwa upaya tersebut harus diselaraskan dengan pengetahuan empirik anak-anak yang meliputi: pengalaman bermain dengan kawan-kawan sebayanya, mengunjungi Taman Pintar atau tempat-tempat wisata, dan sebagainya.

Sumber: tamanbahasa.com
Sumber: tamanbahasa.com
Guna menopang upaya pengenalan sastra Jawa, pihak pembimbing perlu memberikan motivasi kepada anak-anak untuk bernyali mengirimkan karya-karyanya di media massa berbahasa Jawa. P ihak sekolah pun harus memberikan penghargaan kepada mereka yang karya-karyanya dimuat di media massa. Penghargaan tersebut akan memberikan rasa bangga yang akan memicu keberhasilan anak-anak di dalam memelajari ilmu-pengetahuan lainnya.

Apabila pengenalan bahasa dan sastra Jawa kepada anak-anak telah dilakukan oleh pihak orang tua dan sekolah, maka bahasa dan sastra Jawa akan mengalami kegairahan kehidupannya kembali. Banyak ahli bahasa dan sastrawan Jawa akan dilahirkan. Alhasil, media berbahasa Jawa yang semakin terterpuruk nasibnya akan kembali mengalami kebangkitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun