/1/
Akulah anak samudra yang terlahir berkat benih matahari. Diasuh gelombang, dibesarkan badai. Terdampar di pantai dipungut sepasang nelayan sebagai buah hati dari benih mereka sendiri.
Akulah kembang desa Teluk Cikal, yang selalu menitipkan salam kesturi ke seluruh penjuru negeri Pati. Sekalipun siang-malam hanya berhelat dengan amis ikan.
/2/
"Rara Mendut." Rama-biyung menamaiku. Akulah perawan sahaja berparas Supraba. Gadis lugu berjiwa Srikandi dari Magada.Dipuja setiap perjaka perkasa. Diburu lelaki bermata jala
"Ni Gendra!" Perempuan-perempuan mencaciku. Akulah perawan seksi yang bikin nadi lelaki mendadak kencang berdenyut. Akulah gadis semolek penari lengger yang bikin geger pada setiap pria berbini.
/3/
Lantaran kejora bintang di keningku yang tak padam di malam berawan di terik siang, sebongkah karang di jiwa lelaki serasa sesobek kapas. Dalam kuasa jari-jari tanganku yang lentik dan selembut kipas berbulu merak.
Karena setangkup bibirku yang mawar tak bergincu, banyak lelaki termabuk-kepayang bak seusai menenggak ciu. Banyak perjaka bersabung nyawa atas nama cinta. Banyak pejabat Pati datang membawa harta-benda. Namun cintaku hanya seorang, Kakang Pranacitra.
/4/
Kepada Kakang Pranacitra, pemuda bersahaja yang selalu menghamparkan jiwanya, sebiru air pelabuhan di fajar hariku. Aku tambatkan perahu cinta. Aku lengkungkan ujung bukit ke dasar samudra.