Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suwarno Wisetrotomo, Menulis Seni Rupa karena Pengaruh Butet

2 Maret 2018   00:40 Diperbarui: 2 Maret 2018   01:27 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap kali tulisannya dimuat di koran, Butet selalu mengumumkan di depan teman-temannya, termasuk di depan Suwarno. Sebagai kawan sekelasnya, Suwarno merasa cemburu kepada Butet. Dalam hati, ia berkata, "Aku juga bisa."

harian.analisadaily.com
harian.analisadaily.com
Selain Butet, orang kedua yang memberikan pengaruh besar kepada Suwarno adalah Jim Supangkat. Menurutnya, Jim merupakan perupa, pemikir, dan sekarang sebagai kurator paling senior di Indonesia. Melalui percakapan dan pertemuannya dengan Jim, ia terus dilibatkan ke dalam berbagai proyek kurasi, penjurian, diskusi, dan seminar seni rupa. Dengan Jim, ia banyak melakukan diskusi terkait berbagai persoalan atau isu seni rupa Indonesia dan dunia. Baginya, Jim telah menumbuhkan rasa berani, cara berpikir kritis, sikap bertanggung jawab, dan etika atas pekerjaan sebagai penulis (kurator) seni rupa.

Orang ketiga yang memberikan pengaruh besar kepada Suwarno adalah Siswanto HS. Menurutnya, Siswanto yang sering dipanggilnya dengan "Pak Sis" itu tertarik mengoleksi seni lukis pada awal tahun 1990-an. Pak Sis selalu mengajaknya berdiskusi sebelum memutuskan karya mana untuk dikoleksi. Akhirnya, Pak Sis banyak mengoleksi karya-karya para perupa muda, termasuk lukisan Berburu Celeng karya Djoko Pekik. Tidak hanya mengoleksi, Pak Sis pula menyeponsori sejumlah pelukis untuk menggelar pameran tunggal.

Dalam perkembangannya, Suwarno dipercaya Pak Sis untuk menulis atau menguratori di berbagai pameran seni rupa. Dengan demikian, ia mendapatkan banyak kesempatan untuk mengasah keterampilannya dalam menulis serta ketajamannya dalam menilai karya seni rupa. Sehingga melalui harian Kedaulatan Rakyat, Berita Nasional(Bernas), Masa Kini, Minggu Pagi, Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Jawa Pos, dan sejumlah majalah terkemuka di Indonesia; ia rajin memublikasikan tulisan-tulisan seni rupanya.

Sesudah tulisan-tulisan seni rupanya dimuat di berbagai media massa, Suwarno semakin terpikat untuk menekuni profesinya sebagai kurator. Terlebih ketika bidang kurasi seni rupa menjadi pergulatan wacana, mengasah ketajaman rasa dan mata, serta tidak ada makna yang absolut. 

Setiap orang memiliki kemerdekaan untuk memaknai sesuai kekayaan referensi, pengalaman, dan intelektualitasnya. Dengan demikian yang terpenting dalam setiap pendapat adalah argumentasi. Menilai baik atau buruk sama pentingnya, sejauh bertumpu pada argumentasi yang bisa dipertanggungjawabkan.

Ketertarikan Suwarno terhadap profesinya sebagai kurator, karena kerja kurasi merupakan kerja dari hulu hingga hilir yang berujung pada presentasi karya dan berinti sebagai produk pengetahuan. Aspek inilah yang menarik. Sementara aspek yang tidak (kurang) menarik, ketika ia berhadapan dengan perupa yang tidak menghargai proses dan waktu. Tidak memiliki kesadaran krisis waktu, sehingga mudah melanggar tenggang waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun