"Ahli membuat peluru?"
"Apa?"
"Ya. Aku ingin membunuh cicak-cicak itu!"
Wajah Ibu Eliana mendadak serupa lempengan tembaga terbakar.
Sansan hanya tersenyum kecil. Meninggalkan ibunya yang akan mengayunkan tongkat bambu itu untuk dipukulkan ke tubuhnya. Sepanjang jalan menuju sekolah, ia berlari-lari kecil. Bergaya seperti pahlawan yang membawa kemenangan dari medan laga. [Sri Wintala Achmad]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H