Melalui rencana aksi tersebut, FAO bertujuan untuk memulihkan sektor pertanian yang hancur akibat konflik. FAO juga ingin memberdayakan petani lokal agar bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi. Dengan demikian, ketahanan dan kedaulatan pangan Myanmar diharapkan dapat meningkat secara berkelanjutan. Â Partisipasi aktif pemerintah dan institusi lokal sangat dibutuhkan guna mendukung program-program FAO. Kerja sama erat antar pemangku kepentingan diperlukan agar upaya perbaikan sektor pertanian bisa berjalan optimal dan menyeluruh. FAO sendiri akan terus memantau situasi lapangan dan menyesuaikan rencana aksi seiring perkembangan terkini di Myanmar.
Selama peran FAO aktif dalam menangani krisis ketahanan pangan di Myanmar, organisasi ini juga mengalami beberapa kendala diantaranya adalah Berikut adalah tantangan-tantangan yang dihadapi FAO dalam upaya mengatasi krisis ketahanan pangan di Myanmar:
1. Konflik dan kekerasan yang terus. Kekerasan yang meluas telah mengganggu produksi dan distribusi pangan, sehingga semakin banyak penduduk yang mengalami rawan pangan.
2. Krisis ekonomi dan lonjakan harga pangan yang tinggi . Krisis ekonomi turut memperburuk daya beli masyarakat terhadap pangan. Lonjakan harga pangan juga membuat akses pangan semakin sulit.
3. Menurunnya produksi pertanian pada 2022). Penurunan hasil panen akibat gangguan konflik dan cuaca ekstrem semakin memperparah krisis pangan di Myanmar.
4. Sulitnya akses lapangan dan koordinasi program dari FAO. Kondisi yang tidak aman dan minimnya dukungan pemerintah menyulitkan FAO menjalankan program bantuan pangan di Myanmar.
5. Rentannya Myanmar terhadap bencana alam dan perubahan iklim Bencana alam seperti banjir dan kekeringan kerap melanda Myanmar, sehingga berisiko mengganggu ketahanan pangan.
Dengan berbagai tantangan yang ada, peran FAO sangat strategis dalam misi kemanusiaan mengatasi krisis pangan di Myanmar. Keahlian dan sumber daya FAO dibutuhkan untuk memulihkan dan memperkuat ketahanan pangan jangka panjang di negara yang dilanda konflik dan bencana alam ini. Dukungan global untuk aksi kemanusiaan FAO di Myanmar perlu terus ditingkatkan demi menyelamatkan jutaan nyawa dari ancaman kelaparan.
Selain adanya bantuan dari FAO Myanmar juga mendapatkan bantuan dana untuk mengatasi krisis ketahanan pangan dari CERF (Central Emergency Response).CERF) merupakan dana kemanusiaan PBB yang dikelola oleh OCHA (United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs). Tujuan CERF adalah memberikan dana cepat dan fleksibel guna mendanai kegiatan tanggap darurat dini pada krisis kemanusiaan. Termasuk krisis pangan. Di Myanmar, CERF mengucurkan dana sebesar US$ 25 juta pada 2022 untuk mendukung program FAO dan lembaga PBB lainnya dalam merespons krisis pangan yang melanda. Dengan dukungan dana CERF ini FAO melaksanakan program bantuan benih, pupuk, dan peralatan pertanian bagi petani rentan di Myanmar. Â Intervensi cepat CERF dan mitra pelaksana seperti FAO sangat penting agar dampak krisis pangan di Myanmar tidak semakin parah
Jadi, Central Emergency menjadi sumber pendanaan vital yang memungkinkan FAO segera bertindak tanggap menghadapi krisis ketahanan pangan di Myanmar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H