Mohon tunggu...
Achmad Syamsudduha
Achmad Syamsudduha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran FAO dan CERF dalam Menangani Krisis Pangan di Myanmar

3 Desember 2023   17:30 Diperbarui: 3 Desember 2023   17:34 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Food and Agriculture Organization (FAO) memiliki peran penting dalam upaya mengatasi krisis ketahanan pangan yang melanda Myanmar. Berdasarkan data FAO, sekitar 2,8 juta penduduk Myanmar mengalami rawan pangan akut pada tahun 2022.  Krisis ini diperparah oleh konflik internal yang terjadi di negara tersebut sejak tahun 2011. Konflik telah mengakibatkan pengungsian sekitar 1 juta penduduk dan mengganggu produksi serta distribusi pangan.

FAO telah melakukan berbagai program bantuan kemanusiaan guna mengatasi krisis pangan di Myanmar. Salah satu program utama FAO adalah  Dry Zone Programme yang dilakukan di wilayah Central Dry Zone seperti Magway, Mandalay, dan Sagaing, wilayah-wilayah ini rawan mengelami kekeringan dan memiliki resiko tinggi terhadapa krisi pangan .

Program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah tersebut . FAO memberikan bantuan bibit tanaman toleran kekeringan, pupuk, serta alat pertanian kepada petani lokal. Selain itu, petani juga diberikan pelatihan teknik bercocok tanam yang tepat. Hasilnya, program FAO ini berhasil meningkatkan hasil panen hingga 40% di beberapa desa. Hal ini sangat membantu mengurangi dampak krisis pangan akibat konflik dan bencana alam di Myanmar. Namun, tantangan besar masih ada mengingat konflik dan ketidakpastian politik yang masih berlangsung hingga kini.

Oleh karena itu, upaya FAO diperlukan dalam jangka panjang untuk membangun ketahanan pangan yang berkelanjutan di Myanmar. FAO menyusun Humanitarian Response Plan guna mengatasi krisis kemanusiaan di Myanmar. Humanitarian Response Plan (HRP) merupakan rencana aksi kemanusiaan 3 tahunan (2022-2025) yang disusun FAO untuk Myanmar HRP berfokus pada pemulihan sektor pangan dan pertanian yang hancur akibat konflik di Myanmar. 

Tujuannya adalah memastikan ketahanan pangan 15,2 juta penduduk yang mengalami rawan pangan di Myanmar. HRP memuat program prioritas FAO seperti bantuan pangan darurat, rehabilitasi infrastruktur pertanian, pelatihan petani, dan advokasi kebijakan. Rencana aksi HRP disusun berdasarkan pemantauan dan analisis FAO atas perkembangan terkini krisis pangan di Myanmar. HRP terus diperbarui sesuai kondisi lapangan guna memastikan relevansi program FAO dalam mengatasi krisis pangan Myanmar. Jadi HRP merupakan panduan strategis FAO dalam merespons dan menangani krisis ketahanan pangan yang melanda Myanmar saat ini.

Rencana aksi ini berfokus pada:

1. Bantuan darurat berupa makanan, bibit, dan peralatan pertanian bagi petani dan pengungsi

2. Rehabilitasi infrastruktur pertanian yang rusak akibat konflik

3. Pelatihan dan pendampingan teknik bercocok tanam maju

4. Peningkatan akses finansial dan pasar bagi petani

5. Koordinasi dan advokasi bersama institusi lokal dan global

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun