Mohon tunggu...
Achmad Azkiya
Achmad Azkiya Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Lepas

Suka tidak suka serius.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenapa Sih Kita Selalu Insecure Jika Dibandingkan dengan Orang Zaman Dahulu?

13 Januari 2022   21:49 Diperbarui: 13 Januari 2022   21:59 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perbedaan kacamata orang-orang zaman dulu dengan orang-orang zaman now:

Orang zaman now mendefinisikan kesuksesan dengan ukuran fisik; orang yang ATM-nya gendut, terkenal, kita anggap sebagai kesuksesan. Beda dengan kacamata orang zaman dahulu yang menganggap kesuksesan adalah di saat seseorang sudah banyak bermanfaat bagi orang banyak. Itulah kesuksesan sesungguhnya.

Orang sekarang berpemahaman bahwa dengan kekuasaan kita bisa mengubah dunia. Padahal apa? Justru betapa banyak kekuasaanlah yang bahkan seringkali tidak mampu menguasai dirinya sendiri. Korupsi. Rakus. Tamak. Diperbudak hawa nafsunya. Lain halnya dengan cara pandang orang dahulu, bagaimana cara mengubah dunia? Adalah dengan inspirasi. 

Kekuatan inspirasi bahkan mampu menjadikan anak yang berusia 7 tahun sekarang untuk besok kemudian menjadi orang hebat yang sangat dibutuhkan banyak orang. Siapa contohnya? Banyak. Tidak perlu disebutkan. Cari sendiri di perpus kampus. 

Orang sekarang berpikir dengan jangka pendek. Seolah dengan semua yang telah dicapai, harta benda yang sudah dimiliki, sudah cukup untuk bekal hidupnya nanti. Orang-orang dulu tidak. Mereka berpikir luas. Keabadian. Mereka bisa hidup hingga ribuan tahun. Loh bagaimana caranya? Yaitu dengan menulis. 

Mengabadikan pemikiran-pemikirannya. Membukukan pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya. Hingga sosok seperti Imam Syafi'i, Imam Ghazali (dalam telinga kita)  sangat dikenal hingga saat ini. Tidak lain adalah karena tulisannya dibutuhkan banyak orang. Dan akan terus dikenang sampai generasi-generasi berikutnya.

Orang-orang sekarang banyak menghabiskan waktu dengan sia-sia. Orang-orang dulu tidak. Lihat sosok Buya Hamka yang hingga namanya masyhur sampai saat ini. Kalian tahu kenapa? Sebab bahkan dalam penjara pun beliau menyempatkan waktu untuk menulis. Mewariskan pemikiran-pemikirannya. 

Membatukan waktu. Saat ini kita sebaliknya. Malah asyik sekali santai main gawai, tak kenal waktu. Hingga justru kitalah yang terpenjara oleh diri kita sendiri. Membuang-buang waktu secara percuma.

Orang-orang sekarang sibuk mengurus kehidupan orang lain, sibuk mengomentari kerja nyata orang lain. Orang-orang dulu justru fokus dengan dirinya sendiri. Sibuk memperbaiki diri, sibuk introspeksi pada cela diri masing-masing. Mengembangkan potensi yang dimiliki. Mengasah kreativitas. 

Mereka tidak mengurus berkompetisi dengan siapa, malah mereka anggap sedang berkompetisi dengan dirinya sendiri. Kompetisi dengan rasa malas. Egois. Rasa takut. Kesombongan. Sampai mereka tidak punya waktu untuk mengomentari hidup orang lain.

Orang-orang sekarang lebih mementingkan nilai di atas kertas. Lantas dengan nilai 100 mulai pendidikan dasar hingga perguruan tinggi apakah bisa mengubah dunia? Mengubah nasib orang-orang? Tidak, kan? Justru orang dulu lebih mementingkan hakikat 'pendidikan' itu sendiri. Menanamkan pemahaman, nilai-nilai yang baik. Akar belajar yang sesungguhnya.

Dan sebagai penutup, orang tua dulu itu hidupnya biasa-biasa saja, sederhana. Tidak banyak gaya, tapi terlihat bahagia, bukan? Hari ini tidak. Kita lebih punya segalanya. Mobil, motor, HP, laptop dan semacamnya sudah kita genggam. Tapi entah mengapa tingkat kestresan lebih meninggi. Dendam bertebaran di mana-mana. Kebencian merajalela.

Jika dulu kumpul sama teman-teman itu sangat nyaman saling beradu humor, tertawa gembira. Sekarang digantikan dengan saling menundukkan wajah, fokus pada layar yang ada di tangan masing-masing. Seolah tidak akrab dengan teman di sebelahnya.

Entahlah, zaman memang sudah berubah. Tapi apakah kau tidak bisa dan mau sependapat dengan pemahaman orang-orang dulu? Apakah kau dan aku tidak tergerak untuk meneladani sikap yang dilakukan pendahulu-pendahulu kita? Apakah tidak kangen momen-momen jagongan seperti waktu itu? Itu sih tergantung kita. Apakah kita mau bergerak ke arah hidup yang lebih baik, atau malah menetap dengan kacamata kita yang hanya mengandalkan kover daripada isi.

Selamat hidup di zaman sekarang. Zaman dengan penuh ingar-bingar. Penuh topeng, penuh kebencian.

Tapi tak apalah, setidaknya kita sebagai generasi muda akan berjanji untuk mengikuti jejak langkah pendahulu kita yang hebat-hebat. Berpemahaman dengan paham-paham mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun