Mohon tunggu...
Achmad Al Abil Novalerio A.
Achmad Al Abil Novalerio A. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Anthropology Student at Airlangga University

Memiliki kepribadian INTP, suka menulis terutama di bidang Social culture dan Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

The Peak of Serenity : How Mountain Climbing Combats Stress

2 Januari 2025   13:17 Diperbarui: 2 Januari 2025   13:17 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

        Mendaki gunung, olahraga petualangan yang sering dianggap ekstrem, ternyata menyimpan manfaat signifikan untuk mengurangi stres. Aktivitas ini tidak hanya menuntut ketahanan fisik, tetapi juga memberikan pelarian dari tekanan hidup sehari-hari. Meski mendaki sering dianggap berisiko tinggi dan tidak direkomendasikan untuk pemula tanpa persiapan matang, manfaatnya terhadap kesehatan mental dan emosional tidak dapat diabaikan. Artikel ini mengeksplorasi hubungan antara mendaki gunung dan pelepasan stres, sekaligus mengidentifikasi aspek yang jarang dibahas dalam penelitian sebelumnya. 

Identifying Gaps and Issues in Prior Research

         Penelitian sebelumnya sering membahas manfaat olahraga dan waktu di alam, namun belum banyak dari mereka yang menggali lebih dalam mengenai peran unik mountain climbing yang melibatkan fisik, kesadaran, dan keterikatan sosial. Penelitian tentang stress dalam olahraga luar ruangan biasanya todak menghubungkan tingkat tantangan fisik dengan ketahanan mental yang dinamis saat mendaki, Artikel ini mengisi kesenjangan ini dengan menyoroti bagaimana mountain climbing memberikan manfaat yang lebih komprehensif bagi kesehatan mental.

Physical Activity and Endorphins  

        Mountain climbing merupakan aktivitas fisik yang intens, yang mana hal ini akan memicu pelepasan endorfin, yang dikenal sebagai hormon "feel-good". Endorfin berinteraksi dengan otak untuk mengurangi stress dan kecemasan dengan cara :

1. Menurunkan kadar kortisol 

 Kortisol adalah hormon utama yang dihasilkan tubuh saat stres. Aktivitas fisik intens, seperti mendaki gunung, membantu menurunkan kadar kortisol dalam tubuh. Endorfin yang dilepaskan selama aktivitas ini bekerja sebagai antagonis alami terhadap kortisol, membantu mengembalikan keseimbangan hormon tubuh. Hal ini membuat pendaki merasa lebih rileks dan tenang setelah mendaki. Penelitian menunjukkan bahwa olahraga teratur mengurangi kadar kortisol kronis, yang berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi dan kecemasan

2. Melepaskan ketegangan

Aktivitas fisik, terutama yang melibatkan seluruh tubuh seperti mendaki, membantu mengendurkan otot yang tegang akibat stres. Ketegangan otot sering menjadi respons fisik terhadap tekanan mental. Dengan mendaki, otot bekerja secara dinamis, meningkatkan aliran darah dan oksigenasi, yang pada gilirannya membantu meredakan ketegangan. Penelitian dari Harvard Health menyebutkan bahwa gerakan tubuh selama olahraga adalah cara alami untuk melawan respons "fight-or-flight" yang sering diaktifkan oleh stres

3. Meningkatkan mood 

Endorfin yang dilepaskan selama aktivitas mendaki gunung menciptakan perasaan bahagia dan euforia, yang sering disebut "runner's high". Pendaki tidak hanya merasa bangga karena berhasil menyelesaikan tantangan fisik, tetapi juga mengalami peningkatan kepercayaan diri. Hal ini terjadi karena aktivitas fisik meningkatkan sirkulasi darah ke otak, termasuk area yang bertanggung jawab untuk mengatur suasana hati, seperti hipokampus dan korteks prefrontal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun