Mohon tunggu...
Achmad Abdul Arifin
Achmad Abdul Arifin Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Institut Agama Islam Az Zaytun Indonesia

Cerdas, Bijaksana dan Inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Sempat Merasa Tertipu, Saya Berusaha Tulus Menolong Bapak Ini di Istiqlal

8 Mei 2020   23:26 Diperbarui: 8 Mei 2020   23:22 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: okezone.com

Ketika saya sedang tiduran di lantai utama masjid Istiqlal, ada seorang bapak mendatangi saya.

"Mas saya boleh minta bantuan?" Ujar seorang bapak kepadaku

"Iya pak, ada apa" Jawabku

"Saya habis kena musibah, kalau boleh saya mau cerita dulu" "Oo ya boleh pak"

Sembari menunggu waktu Ashar tiba, saya mendengar curhat bapak tersebut. Saya mendengarnya dengan seksama di tengah-tengah ramainya masjid Istiqlal.

Beliau berasal dari Bogor, datang ke Istiqlal untuk menunaikan ibadah Sholat Jumat sekalian main-main. Tetapi kejadian tak terduga menimpanya. Dengan menunjukkan surat kehilangan yang didapatnya dari pihak stasiun, tas yang berisi handphone serta dompetnya tertinggal di Kereta Rel Listrik yang ditumpanginya dari Bogor sampai ke Stasiun Djuanda dekat Masjid Istiqlal.

"Ya Allah, yang sabar ya pak" Kataku bersimpati

"Iya dek, jadi dari tadi pagi sampai sore ini saya Cuma minum air. Itupun airnya minta ke pekerja bangunan masjid ini" Pada waktu itu Istiqlal sedang direnovasi.

Karena ceritanya yang begitu meyakinkan, saya seketika langsung berpikir kalau itu yang menimpa diri saya bagaimana ya? Apalagi saya datang dari jauh. Saya datang dari Indramayu ke Jakarta untuk mengikuti sebuah seminar.

Beliau melanjutkan ceritanya sambil saya mengajukan beberapa pertanyaan. Bapak ini katanya adalah seorang pengusaha ternak ayam di Bogor sana. Dan asal daerah asli beliau dari Sukabumi. Sayangnya kini saya lupa siapa nama beliau.

Setelah beberapa menit berbincang, tiba-tiba bapak itu meminta bantuan berupa materi. Uang 17 ribu, yang 14 ribu untuk naik Kereta Api Listrik dari Djuanda ke Bogor dan sisanya untuk naik angkot. Tanpa pikir panjang dan karena adzan sholat Ashar sudah berkumandang, saya memberikan sejumlah uang yang dibutuhkan bapak tersebut.

Entah kenapa setelah menunaikan sholat saya jadi ragu kepada bapak tadi. Karena saya teringat pesan seorang teman bahwa di Jakarta banyak penipu berkedok minta tolong. Dan jika saya ingat kembali penetrasi bapak tadi dalam bercerita, sepertinya tidak kelihatan orang yang sedang kelaparan atau setidaknya terlihat lemas karena tidak makan sedari pagi.

Lalu, untuk memperkuat argumennya mengenai barang-barangnya yang ketinggalan. Beliau mempunyai surat kehilangan yang didapatnya dari stasiun. Pikir saya, setiap orang pun bisa meminta surat kehilangan seperti itu.

Dan yang terakhir ialah timbul pertanyaan di benak saya, jika beliau sejak pagi berada disini kenapa baru sekarang (waktu Ashar) meminta bantuan? Bukannya masyarakat Ibukota itu suka berderma. Dan kalau kejadian itu betul terjadi kenapa tidak meminjam telepon masjid untuk menghubungi keluarganya? Oh mungkin beliau tidak hafal nomor keluarganya ya hehe. Tapi kan ada media sosial ah sudahlah.

Tapi saya sadar, segala yang terbesit di pikiran saya tersebut merupakan prasangka buruk atau suudzon. Dan saya juga sadar bahwa itu tidak baik. Maka saya memutuskan untuk balik haluan menjadi berprasangka baik atau khusnudzon.

Jika memang benar bapak tadi mengalami tragedi tas nya ketinggalan di KRL, maka saya mendapat pahala amal sedekah karena telah menolong bapak tadi untuk bisa sampai ke rumahnya kembali. Pun jika tidak, Allah maha pemurah lagi maha pemberi kepada hambanya. Saya yakin masih mendapatkan balasan yang baik, karena saya berusaha meluruskan niat untuk menolong seseorang yang sedang terkena musibah.

Peristiwa ini terjadi tahun lalu tepatnya bulan September 2019 sebelum adanya wabah covid-19. Semoga wabah ini segera berakhir sehingga Masjid Istiqlal dan Masjid-Masjid lain bisa beraktivitas seperti dahulu lagi. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun