Setelah beberapa menit berbincang, tiba-tiba bapak itu meminta bantuan berupa materi. Uang 17 ribu, yang 14 ribu untuk naik Kereta Api Listrik dari Djuanda ke Bogor dan sisanya untuk naik angkot. Tanpa pikir panjang dan karena adzan sholat Ashar sudah berkumandang, saya memberikan sejumlah uang yang dibutuhkan bapak tersebut.
Entah kenapa setelah menunaikan sholat saya jadi ragu kepada bapak tadi. Karena saya teringat pesan seorang teman bahwa di Jakarta banyak penipu berkedok minta tolong. Dan jika saya ingat kembali penetrasi bapak tadi dalam bercerita, sepertinya tidak kelihatan orang yang sedang kelaparan atau setidaknya terlihat lemas karena tidak makan sedari pagi.
Lalu, untuk memperkuat argumennya mengenai barang-barangnya yang ketinggalan. Beliau mempunyai surat kehilangan yang didapatnya dari stasiun. Pikir saya, setiap orang pun bisa meminta surat kehilangan seperti itu.
Dan yang terakhir ialah timbul pertanyaan di benak saya, jika beliau sejak pagi berada disini kenapa baru sekarang (waktu Ashar) meminta bantuan? Bukannya masyarakat Ibukota itu suka berderma. Dan kalau kejadian itu betul terjadi kenapa tidak meminjam telepon masjid untuk menghubungi keluarganya? Oh mungkin beliau tidak hafal nomor keluarganya ya hehe. Tapi kan ada media sosial ah sudahlah.
Tapi saya sadar, segala yang terbesit di pikiran saya tersebut merupakan prasangka buruk atau suudzon. Dan saya juga sadar bahwa itu tidak baik. Maka saya memutuskan untuk balik haluan menjadi berprasangka baik atau khusnudzon.
Jika memang benar bapak tadi mengalami tragedi tas nya ketinggalan di KRL, maka saya mendapat pahala amal sedekah karena telah menolong bapak tadi untuk bisa sampai ke rumahnya kembali. Pun jika tidak, Allah maha pemurah lagi maha pemberi kepada hambanya. Saya yakin masih mendapatkan balasan yang baik, karena saya berusaha meluruskan niat untuk menolong seseorang yang sedang terkena musibah.
Peristiwa ini terjadi tahun lalu tepatnya bulan September 2019 sebelum adanya wabah covid-19. Semoga wabah ini segera berakhir sehingga Masjid Istiqlal dan Masjid-Masjid lain bisa beraktivitas seperti dahulu lagi. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H