Mohon tunggu...
Achmad Hid. Alsair
Achmad Hid. Alsair Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa semester akhir, #GGMU @Man_Utd, ISFJ, hobi baca buku bertema sejarah, jatuh cinta dengan sastra dan gemar diskusi isu-isu internasional.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Intisari Hujan Sore Ini

6 Mei 2017   20:41 Diperbarui: 6 Mei 2017   21:07 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kusesap secangkir kopi seorang diri, karena di halaman mendung mengantri, 

ingin kumiliki setiap kata-kata basah yang pasrah menimpa tanah sore ini, 

tapi hujan berkata itu semua properti pribadi milik Bumi, jelas tak mampu kubeli 

tak hilang akal, kusiapkan seperangkat kediaman sebab dia menolak dibuang ke kamar mandi. 

Kubuka lembar buku sejarah, membaca bagian bagaimana cara membentuk negara, 

satukan mulut besar dengan kebohongan yang diulang-ulang sepanjang hari 

maka terciptalah ribuan mesin pelaksana perintah apa saja 

dan kulihat tubuhku, daging berusus hitam karena kopi menolak untuk dicerna. 

Aku patuh kepada segala perintahmu, dari seseorang yang semenjak pagi hingga sore selalu bertanya. 

Aku tidak memiliki wewenang atas diri sendiri, tak sanggup melakukan perlawanan. 

Engkau tirani, dan aku adalah rakyat yang diperintah setiap hari. 

Tapi tak sanggup kulakukan revolusi, berontak meminta kebebasan dan keadilan. 

Telanjur kurantai kakiku secara sukarela, dan kuncinya kutelan masuk ke saluran pencernaan. 

Kulihat pemandangan sore hari menjelang senja, 

kutumpahkan sisa-sisa kopi ke atas genangan yang timbul dari hujan tadi. 

Kini giliranmu bertamu dengan dandanan toga upacara sarjana, 

aku diam mendengarmu bercerita mengenai kesulitan skripsi dan pahit revisi. 

Tak mampu kubagi ceritaku, hari-hariku sama sekali tidak menarik 

hanya jejalan kemalasan yang kuhabiskan dengan menulis larik-larik. 

Mengenai diriku, mengenai dirimu. Mengenai sekitarku, bukan sekitarmu. 

Dan kudapati puisi ini masih miskin diksi. 

(Makassar, Mei 2016) 

_

Catatan : Puisi ini pernah dimuat di rubrik Literasi SKH Lombok Post edisi 16 Oktober 2016.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun